Bismillaahirrohmaanirrohim
Halo sobats, lama rasanya ingin menyuarakan segala cerita di blog ini. Etapi, rasa malas ternyata lebih kuat menggelayut, pun aku mengikuti kemageran itu. Padahal, iya padahal kalau biacara soal ide, pasti banyak lah ya yang muncul. Apalagi yang secara tiba-tiba, kayak sekarang ini, nih. Daripada menguap lama-lama, better, tulis, dan unggah aja deh yakkk.
Tak terasa, hari ini, 12 Mei 2021 menjadi hari perpisahan dengan bulan penuh berkah, yaitu Ramadan. Entah kebiasaan untuk membaca Alquran rutin, atau bangun di sepertiga malam bisa konsisten di jalankan atau tidak. Setidaknya, 30 hari terakhir, rutinitas tersebut bisa saya terapkan di hari-hari berikutnya, Amiin.
Ramadan akan pulang, sedangkan lebaran akan datang. Di mana selanjutnya akan ada tradisi berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, yang disebut dengan silaturahim. Selain dapat menyambung tali persaudaraan, juga ajang untuk saling maaf-memafkan antar sesama. Bukan berarti maaf-maaf nya hanya di momen ini saja ya, melainkan, setiap kali punya kesalahan, setidaknya bisa segera minta maaf dan saling memaafkan.
Dibalik sukacita lebaran yang mungkin sudah di nanti-nanti saat awal ramadan, ada sebagian orang, atau bahkan pasangan yang harus menghadapi sebuah kenyataan, yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Karena perlu melibatkan mental yang sekuat baja. Apabila menemui seseorang yang saat dikunjungi ketika lebaran, menanyakan hal ini:
”Kapan Hamil?”
”Sudah Isi?”
”Kok lama, ya? Itu loh yang nikahnya setelah kamu udah hamil?”
”Paling nggak niat ya?”
“Pakai KB dulu, ya? Jadinya lama”
”Apa berencana nggak punya anak?”
Dan pertanyaan lainnya yang serupa
Yah,,, pertanyaan tersebut ditujukan untuk pasangan yang sudah menikah, namun harus struggle sebagai pejuang garis dua. Terlepas dari masa pernikahan masih baru, atau lama, kalau menemukan pertanyaan semacam itu, bisa jadi dinding pertahanan yang jauh-jauh terbentuk, akan retak, rapuh, dan pecah begitu saja, loh. Entah yang menanyakan itu orang terdekat, atau terjauh pun.
Nah,,, kebetulan di tahun kedua lebaran kali ini, aku masih menjadi golongan dari pejuang garis dua tersebut. Yah, aku kira lebaran tahun lalu, menjadi tahun terakhirku mendapati pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun nyatanya, Allah telah menyiapkan takdir yang indah di di balik semua itu. Aku dan suami diminta untuk terus memantaskan diri, mempersiapkan dan memperbaiki diri, sampai bisa dipercaya untuk menerima dzurriyat di dalam rahimku dari sang Maha Agung, Allah SWT.
Jujur, tahun kemarin aku masih woles ketika ada pertanyaan itu, karena usia pernikahan kami masih belum genap satu tahun. Tapi kali ini sudah memasuki satu tahun lebih, yang mungkin-mungkin saja, pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan mental itu akan sering terlontarkan. Tapi aku harap, lebih sedikit, atau cukup mereka mendoakan, tanpa harus menanyakan kapan yang kadang menyesakkan itu.
Karena, kadang saat mood baik, terus menemui pertanyaan itu, penyikapannya pun jadi enjoy, senyuman lepas begitu aja. Entah di dalamnya yah, hahaa. Sedangkan kalau pas mood lagi nggak baik-baik aja. Seketika ada sebongkah rasa sakit yang bikin sesak di dada. Entah akan pecah saat itu juga, atau setelah itu.
Khawatirnya, saat lebaran yang harusnya maaf-maafan, jadi nambah bibit dosa baru, karena secuil pertanyaan yang buat orang lain ”Enteng”, tapi, ”Ber-damage besar” bagi orang yang ditanya, ya kan?
Ya alhamdulillah, sejauh ini beberapa orang terdekatku masih memiliki positive vibes dengan kami sebagai pejuang garis dua. Wallahu a’lam dengan orang-orang di luar circle kami. Semoga kami atau kamu yang tengah membaca artikel ini dan sedang berjuang juga, bisa kuat mental menghadapi lebaran tahun ini dengan pertanyaan kapan-kapan itu, ya.
Aku yakin, ketika aku pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah. Termasuk diberi kepercayaan buah hati, insyaallah akan ada timing yang pas Allah akan tiupkan ruh dalam rahim ini. Hamil dan juga anak adalah titipan Allah. Sehingga aku percaya, Allah tengah persiapkan waktu terindah untuk aku dan suami tersebut.
Menjelang lebaran tiba, saya, Khoirur Rohmah, apabila ada kesalahan, baik sengaja atau tidak sengaja saat menuliskan sesuatu, atau mengucapkan kalimat tertentu, baik di dunia nyata, di sosial media, hingga di blog, untuk kamu pembaca, saya mohon maaf lahir dan batin, ya...
Selamat Hari Raya 1443 Hijriyah
Minal Aidzin Wal Faizin
Mohon Maaf lahir dan batin
Terima kasih sudah menyimak, dan membaca artikel ini, sobats. Jangan lupa tinggalkan komentar kamu, ya. Feel free to drop your comments.
~See you next
Khoirur Rohmah
Ah iya ya betul. Pertanyaan selalu ada. Aku sendiri setelah punya 1 anak, ditanya "kapan nambah?" Yang lantas buat bingung karena justru harus nanya ke Yang Maha Kuasa. Kita yang jalani santai saja
BalasHapusEmng paling nyesek kalau pas lebaran niatnya silaturahmi sambil makan kastengel dan minum teh kemasan tapi malah ditanya
BalasHapuskapan nikah
kapan punya anak
bla bla bla
Kalo ga ingat kalau yg tanya masih sodara jauh rasanya pengen kesembur lagi kue dan minumannya, gara2 kaget plus kzl.
Jangankan dirimu dek. Aku yg udah nikah 11 tahun aja masih ditanya kapan hamil anak kedua? Soalnya emang Saladin gak mau punya adek. Trus mesti jawabannya kasian kenapa dia jadi anak tunggal bla bla bla.
emang kudu tutup kuping ya dan cuekin orang yg ngomong gt karena bisa jadi mereka hanya basa-basi.
Semoga dimudahkan ya untuk promilnya.
Peluuuuk dari jauh mbak, iya Allah itu punya perencanaan yang jauh jauuh jauuuh lebih baik dari perencanaan manusia
BalasHapusSemoga kita semua diberi kesabaran, karena saya dengar Novel Baswedan bilang, ketika duniamu sedang tidak baik, percayalah itu adalah yang terbaik untukmu saat itu, karena Allah sedang menyiapkan dirimu sesuatu yang jauh lebih baik. Insya Allah.
Aku mohon maaf lahir dan batin jelang memasuki bulan suci ramadan ya mbak. Semoga ibadah puasa kita lancar, sehat semuanya.
BalasHapusSemangat terus berjuang untuk garis dua, jangan lelah berdoa dan berusaha.
Kalau ada pertanyaan-pertanyaan seperti yang dimaksud, terima dengan senyum, hati yang ikhlas, dan ga usah dipikirin. Bawa santaiiii dan tetep gembira. Optimis setiap doa akan Allah kabulkan pada waktu yang tepat.
Jangan dengarkan kata orang ya mbak... sayapun kalo Lebaran dan berkunjung ke saudara atau dikunjungi saudara pasti ditanya kapan anak menikah.. kayak yang mau biayain aja hahahaha.. maaf lahir batin juga yaaaa
BalasHapusKirim peluk virtual 🤗 Saya melihat fenomena ini dari dua sisi: dari orang yg bertanya dan yg ditanya. Bagi orang yg bertanya, ya, sebaiknya kita perlu mendahulukan empati sebelum bertanya. Bagi orang yg ditanya, kita perlu menyadari bahwa kita tidak bisa mencegah/mengendalikan orang lain untuk bertanya. Jadi ya, kita cukup jawab sedikit saja. Lalu melipir ke tempat yang sepi :')
BalasHapusSungguh pertanyaan basa basi busuk yaa. Nanti kalo udah punya anak, pertanyaannya akan berganti dengan kapan nambah anak, huhuhu. Orang-orang harus mulai sadar nih bahwa pertanyaan kayak gitu gak pantas diajukan
BalasHapus