Bismillaahirrohmaanirrohim
Halo sobats. Kadang kala, ketika kita
berharap akan sesuatu hal yang bisa terjadi sesuai angan, nyatanya, alam tak
mendukung dan hanya sebatas ekspektasi. Jauh dari kenyataan, yang kadang merusak
isi pikiran, membuat perasan ikut cemas, dan hati bergejolak tak menentu.
Sebelum menikah, atau nantinya akan
dihalalkan oleh pangeran dengan kuda poninya dengan menghadap kepada wali kamu.
Tentu hal-hal indah lah yang akan tercipta. Seperti: melakukan setiap pekerjaan
berdua. Bekerja, beribadah, melakukan tugas rumah, menemani saat bekerja, siap
mendampingi kapanpun, dan lainnya. Yang terbayang hanyalah romansa nan indah.
Tak jarang pula, dengan semangat siap
membuka bahtera rumah tangga, dengan mempersiapkan berbagai hal, dari segi kesehatan mental, ikut kajian keagaaman
dengan tema pra nikah, keluarga, yang mana bisa menjadi pedoman, atau persiapan
yang lebih baik saat tiba masa halalan thoyyiban antara dua insan itu datang.
Begitu pula yang pernah aku alami
dahulu, walau aku nggak ikut kelas seperti pra nikah. Setidaknya dengan
wejangan dari para mempelai yang sudah menikah, diceramahi, dikasih ini itu,
tata cara saat bersama pasangan, bersama orangtua, mertua,menghadapi kondisi
lingkungan tempat tinggal baru, dan lainnya. Karena cakupannya luas sobs.
Aku pikir saat itu apa yang jadi
bekalku cukup untukku melewati hari ketika masa pernikahan itu tiba. Nyatanya,
setelah pernikahan, ada masa di mana aku ingin menyerah dengan keadaan. Seperti
ohh ini kah rasanya menikah. Aku ingin kembali saat masa di mana aku bebas
melakukan hal-hal tanpa ada tendensi apapun. Atau aku yang tidak menyembunyikan
bagaimana sikapku sendiri saat bersama keluarga sendiri, maupun bersama
keluarga suami.
Karena, setelah menikah (bukan
masalah sebenarnya) ada kondisi kompleks yang dapat membuat psikis seseorang,
khususnya pasutri menjadi lebih sensitif akan sesuatu hal. Semisal, buat yang
sebelum menikah tidak pernah membahas akan tinggal di mana nantinya, tentu hal ini
juga bisa menjadi boomerang. Menghadapi mertua, yang kadang dikeluhkan pasutri,
nggak tiap pasangan juga mengalami seperti ini ya sobs. Ada juga yang nggak
demikian.
Ketika bersama mertua, kadang kala merasa
nggak nyaman, atau mungkin kultur budaya yang nggak sama dengan keluarga
sendiri, dan terpaksa harus mengikutinya secara perlahan. Mau lanjut kerja atau
resign. Dan masih banyak hal. Hehehhe
Belum lagi kalau sudah dapat beberapa
bulan menikah, pertanyaan terkait. “Udah isi?”, “Udah hamil?”, “Istrinya sudah
mengandung?”, “Masa’ gitu aja belum berhasil,”, endebra ~ endebre juga akan
menghiasi setiap hari-hari pasutri. Yang mana karena pertanyaan orang-orang
tersebut membuat kondisi dan kesehatan
mental pasutri jadi kacau, dan bisa menimbulkan stress, jika dibiarkan
begitu saja.
Saat aku menulis artikel ini. Aku menyadari
salahsatu hal, seperti sedang merasa stress berat. Ingin rasanya marah, nggak
mau dekat dengan pasangan, nggak nafsu makan, males, lelah, khawatir, cemas,
takut.. Campur aduk jadi satu.
Aku mencoba menenangkan diriku
sendiri. Ada apa denganku. Apakah aku selemah ini sampai-sampai harus terlarut
dalam kondisi seperti ini. Apakah aku tidak berniat untuk mencari solusi atas
permasalahan yang terjadi di dalam rumah tanggaku. Tekanan yang dirarsakan,
ingin menangis, tapi tertahan, ingin marah, berteriak, tapi orang lain salah
apa, hanya menjadi pelampiasan akan kekesalanku terhadap sesuatu.
Setelah hampir satu jam kurang aku
terdiam, meringkuk di kasur, mengingat kembali apa ada yang salah dengan diriku
beberapa waktu yang lalu? Apakah aku terlalu menyiksa diriku, hingga keadaan
seperti ini datang kepadaku. Hampir lama sekali aku introspeksi sama diriku
sendiri, menanyakan banyak hal, apakah
kondisi kesehatan mentalku benar-benar baik, saat ini?
Nggak jauh dari tempatku berbaring,
ada ponsel pintar yang sedari tadi – saat suamiku mengajak bicara, aku sambil
memutar-mutar HP tersebut – sudah tergeletak aku abaikan ketika nggak kuat akan
tekanan yang kurasakan sendiri, dan mungkin aku sendiri yang membuat kondisi kesehatan mentalku nggak stabil saat itu.
Tetiba aku membuka aplikasi chrome
pada aplikasi yang tertera di wallpaper, dan mencari artikel yang berhungan
dengan “stress”. Yah, aku rasa, apakah aku stres hari ini??? Aku memastikan
lagi, dan membaca salahsatu artikel dari salahsatu website yang muncul di
halaman pertama mesin pencarian google.
*Cara Mengatasi Stress*
Begitulah keyword yang aku tuliskan
pada kolom search, dan membuka rekomendasi teratas website di halaman pertama,
yang mana itu adalah website milik halodoc
yang memiliki kredibilitas dalam menyediakan informasi berdasarkan keluhan tiap
pengguna. Dan aku sedang butuh artikel yang berhubungan dengan stress yang
mungkin tengah menimpaku tadi.
Pada artikel tersebut dijelaskan
secara lebih detail mengenai informasi yang sangat aku butuhkan. Yaitu apa
pengertian stress, faktor resiko stress, penyebab stress, gejala stress,
diagnosis stress, komplikasi stress, pengobatan stress, pencegahan stress, dan
lainnya.
Dan salahsatu gejala stress yang
tengah aku alami tadi adalah :
-
Merasa
sangat kelelahan
-
Lebih
mudah marah dengan orang lain
-
Merasa
khawatir, cemas, atau takut
-
Pusing
Setidaknya apa yang menjadi
pertanyaanku terwajab sudah. Ohhh seperti ini ya rasanya stress. Mungkin sebelum
sebelumnya aku juga merasa demikian. Tapi karena aku mengabaikan kesehatan mental diriku sendiri,
makanya aku menganggap diriku masih bisa dikatakan baik-baik saja. Padahal bisa
jadi aku tengah mengalami stress berat.
Akhirnya, setelah membaca artikel
tersebut. Aku mengumpulkan nyawa, dan kesiapan diriku buat menghadapi stress
yang tengah melanda beberapa waktu yang lalu. Benar-benar merugikan diriku dan
orang lain.
Wajar juga sih kalau stress, tapi kalau dibiarkan berlarut-larut apa baik?
Dan aku berani bangkit dari stres
tersebut, sehingga terciptalah artikel ini. Yang mana, kadang kala seseorang
cukup abai dengan kesehatan mental. Padahal
poin itu cukup penting untuk kegiatan sehari-hari kedepannya bakalan seperti
apa.
Jika perlu penanganan lebih. Karena diri
sendiri nggak mampu mengatasi. Cukup menghubungi tenaga medis yang memiliki
kemampuan dalam menjawab setiap permasalahan yang tengah kamu hadapi. Seperti yang
tadi aku alami, saat benar-benar down
dan rasanya ingin menyerah dan bingung akan mulai dari mana.
Buka website pada browser yang ada di
ponsel pintar kamu atau aplikasi Halodoc
yang bisa kamu install di playstore atau appstore yang tersedia di smartphone. Sampaikan
keluhan yang tengah kamu rasakan kepada para dokter yang akan mendengar segala
permasalahanmu.
Karena beberapa kali kesempatan aku
juga sering menanyakan keluhan lain terkait kesehatan para para dokter yang
ahli dalam bidangnya untuk menjawab keluhanku. Waktu itu aku menanyakan terkait
eksim kering yang menyerang jari tanganku kepada dokter kulit yang tersedia di
aplikasi Halodoc. Alhamdulillah permasalahanku bisa terjawab sobs.
Buat yangr belum tahu, apa itu
Halodoc, halodoc adalah sebuah
aplikasi layanan kesehatan yang menjadikan makin mudah dan terintegrasi bagi
para pengguna aplikasi dalam hal ini bisa dikatakan pasien untuk mendapatkan akses
terhadap layanan kesehatan dengan mudah, cepat, hanya melalui gawai yang
dimiliki. Layanan kesehatan itu
salahsatunya dengan konsultasi kepada dokter melalui fitur chat dokter, lalu
menyampaikan permasalahan yang tengah dihadapi pasien.
Ok sobats, alhamdulillah. Berkat informasi
yang diberikan oleh Halodoc, aku bisa membuat kesehatan mental yang tadi beneran berada di titik rendah, kembali
lebih baik dan siap menjalani hari bersama pasangan, dan aneka drama yang ada
dalam rumah tanggaku.
Pesan buat kamu yang memang juga
berada di kondisi seperti aku, jangan menyerah, dan patah semangat. Tanamkan dalam
diri dal pikiran kamu. Aku bisa dan siap menghadapi hari. Jangan kamu abaikan
kondisi mu. Kalau perlu tanyakan pada diri sendiri seperti apakah kesehatan mentalku hari ini? Apakah benar-benar baik atau buruk?
NOTED
Jangan takut untuk menikah. Drama pernikahan
selalu ada. Namun, kamu bisa membicarakan hal itu berdua dengan pasanganmu
nanti. Tidak akan selalu ada permasalahan kok. Pasti ada yang namanya masa
senang-senang dengan pasangan selalu ada, dan mungkin banyak senangnya ya. Masalah
hanya pelengkap, kerikil, bumbu, dalam kapal bahtera rumah tangga kamu
nantinya. So, jangan takut menikat. Dan
jangan juga memaksa untuk menikah. Percayalah akan ada masanya itu tiba.
Karena menikah bukan untuk hari ini dan besok saja, melainkan untuk ibadah seumur hidup, yang nantinya juga ditanyakan di hadapan-Nya. Sebab menikah bukan perkara aku dan kamu saja, melainkan, aku, kamu, keluargaku, dan keluargamu. Okay... ^_^
Semoga artikel ini bisa bermanfaat
untuk siapa saja, percaya saja, akan ada pelangi setelah turunnya hujan. Dan yakinlah
bahwasanya Allah tidak akan membani hamba-Nya melebihi kemampuannya. Pasti bisa
!!!!
Selamat membaca dan terima kasih
sudah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa, feel
free to drop your comments ya....
~Blessed
Khoirur Rohmah
Posting Komentar
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^