sumber gambay by pexels |
Halo sobats FR, apa kabar nih? Bagaimana puasa
di hari kedua bulan ramadan kali ini? Masih kuat kan? Semoga tetap berkah
hingga puasa berikutnya ya. aminn... by
the way, mumpung lagi semangat nulisnya nih aku. Setelah sekian abad nggak
cerita banyak hal melalui rumah maya ini, dan sekarang aku akan membagikan
pengalaman yang tak bisa kulupakan saat aku masih pakai seragam merah putih. Hheee.
Seperti apa ceritanya, check this out ....
Sekitar tahun 2004 atau 2005 deh, aku
ditunjuk oleh guruku untuk mengikuti lomba hadloroh atau pidato tingkat SD di
sebuah ajang Porsema (Pekan Olahraga dan Seni) X Lembaga Pendidikan Maarif di
kota Jember yang diadakan di desa Glunderngan, Wuluhan.
Ajang tersebut merupakan kali pertama
yang akan menjadi pengalamanku dalam
maju di depan orang banyak, seperti juri, para peserta dari sekolah
lain, guru, dan masih banyak lagi. Dan hal itu tidak mengurungkan niatku untuk
tidak mencoba, karena aku punya stok pede banget. Hahhaaa....
Dan saat cek suara, dengan mencoba
berpidato di depan teman-teman kelas, aku pun bisa mengatasi kegugupanku trus
hafalan isi pidatonya juga nggak buruk-buruk amat. Alias lancar aja gitu. Dan aku
berusaha menghilangkan sisi takut, khawatir dipandang sebelah mata, atau
apalah. Wis intinya yakin deh. Aku Bisa.
Hingga tiba saatnya acara Perkemahan yang
juga tergabung dalam Porsema itu berlangsung, aku pun merasakan yang namanya
demam panggung begitu melihat podium tempatku akan berdiri di sana dan
disaksikan oleh beribu orang. *lebay kali ahh...
Saat siang hari menjelang perlombaan aku
tetap mengkondisikan diriku untuk yakin bisa, tapi di sisi lain aku tetap ada
perasaan meragukan diri sendiri, dan muncul cemas itu gaes. lagi-lagi
ragu-ragu, hilang, muncul, dan ya harus berani lah. Wong udah sampai sini masak
mau mengundurkan diri, pikirku gitu. Positive thingking jadinya.
Sehabis sholat maghrib, aku di dandanin
yang sederhana banget sama guruku, dan aku menggunakan kostum, baju muslimah
yang hits di masa itu, aaellahhh. Wkwkwkkw. Aku melaju dengan perasaan campur
dag dig dug menuju keramaaian yang tidak jauh dari tenda sekolahku berada. Dari
sepelemparan mata sudah terlihat itu speaker besar yang letaknya berada di
tengah lapangan di sisi panggung acara.
IFYKWIM, di sekitar podium tuh udah dikerubungi
banyak orang, aslikk.. Kalau ingat, aku ingin putar badan dan balik aja, dan
aku sendirian berangkat ke podium gaes,, huhuuhuhu. Entahlah kalau diingat aku
bakalan minta antar kakakku yang juga jadi guru muda di sekolah saat itu.
Sembari menunggu antrian nomor dipanggil,
aku baca surat al ikhlas 3 kali, al falaq 1 kali, an nas 1 kali, kemudian aku
menghentakkan kaki ke bumi, supaya menghilangkan perasaan nervous itu. Karena dari
beberapa peserta yang tampil pada bagus-bagus gaes. Jiper banget asli udah underestimate
sama kemampuan diriku sendiri bakalan seperti apa nanti. Hikss...
Dan tibalah waktu itu ....
No. ..... dari SD/MIMA Al-Hidayah
Karangduren. Biyuhhh. Dipanggil nomorku aja rasanya jantung mau copot. Jantung berdetak
lebih kencang dari sebelumnya. Naik tangga podium aja itu udah gemetar. Terus pegang
mic yang berada di tengah podium dan dilihat banyak pasang mata di bawah
panggung, ya Allah. Itu udah bergetar aja tanganku, aaaaaa... kalau ingat asli
itu perasaan yang memalukan banget yang aku ingat, hahaaa...
Anggaplah seperti ini panggungnya tapi backgroundnya tulisannya PORSEMA hehehe sumber gambar by unsplash |
Trus, trus gimana?
Ya aku tetap berpidato sesuai kemampuanku
yang mana suaranya nggak bisa semaksimal saat gladi di sekolah maupun saat
berada di tenda siang hari itu. Stage act dalam menyampaikan pidato juga
nggak dapat, udah rusak gara-gara suara yang bergetar, ditambah ditatap banyak
orang, di depan para juri, guru-guru, teman, dan semuanya yang melihat malam
itu. Hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan pidatoku yang tak maksimal itu.
Untungnya nggak pingsan deh, asli kalau
ingat ya Allahh. Aku akan memperbaiki tingkat kepercayaan diriku di depan
banyak orang, apalagi saat ditunjuk menjadi delegasi pidato dari sekolah. Hingga
setelah kejadian itu aku udah jera ikutan kaya gitu kecuali ada team atau
berkelompok. Pun pewakilan lomba pidato dialihkan ke siswa lain dari sekolahku.
Kejadian saat aku duduk dibangku kelas 4
SD kalau nggak salah itu, menjadi pengalaman memalukan yang kualami pertama
kalinya. Hingga setelah kejadian itu baru-baru saat duduk di bangku MTs ataupun
Aliyah aku cukup berani dan tidak se-nerveous saat berada di atas panggung.
Dan pengalaman yang sangat berkesan saat
di atas panggung itu ketika aku ditunjuk oleh tutor bahasa inggrisku untuk
tampil di depan walimurid adik kelas yang mengikuti ekstrakurilkeler tersebut.
Di atas meja kelas yang ditata seperti panggung,
aku menyampaikan storytelling yang membuatku menjiwai peranku di cerita
anak durhaka tersebut. Aku tampil sendiri di depan banyak ibu, bapak, guru, dan
teman-teman. Tapi Alhamdulillah aku puas dengan penampilanku tersebut.
Berkat pengalaman yang memalukan
tersebut, setidaknya aku bisa mengasah diriku dan juga mengendalikan diri untuk
tetap stay calm saat di atas panggung. Kalau ingat guruku pernah bilang,
“anggap aja kamu ngomong di depan patung, jadi kamu nggak perlu takut,”
Malah temanku yang pakai kacamata dia
dengan enaknya bilang gini, “Kalau aku ditunjuk untuk berada di atas
panggung, aku akan buka kacamataku, supaya saat berada di atas panggung nggak
terlihat itu orang-orang, jadi bisa tampil percaya diri deh aku,” kata dia.
Tapi apakah iya harus pakai kacamata dulu
untuk berani tampil di depan umum? Ya nggak juga kan ya, hehehee. Nah, kalau
sobats FR nih, pernahkah kamu punya pengalaman yang sama seperti aku di atas? Boleh
deh share di kolom komentar yah.
Terima kasih sudah membaca dan berkunjung
di artikel “Pengalaman Awkward Berada di atas Panggung” ini. jangan
lupa, feel free to drop your comments.
~Blessed
Khoirur Rohmah
Posting Komentar
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^