Delivery order yang sejatinya memudahkan, dan melenakan, namun jika tidak diberikan anggaran atau sekali-kali dibatasi bisa berdampak dengan manajemen keuangan. Intinya "jangan berlebihan"
Bismillaahirrohmaanirrohim...
Halo sobats... sepertinya bulan Agustus ini random story daily
lifestyle jarang terposting nih, yah. Dan lagi judul artikel yang tayang
juga sangat sedikit banget. Lebih banyak jumlah undangan kondangan di bulan
ini, sih. Hahhaaa. Bener nggak sih? Kebetulan lagi, ketika aku sedang melakukan
perjalanan di akhir pekan kemarin membuatku terpikirkan untuk membuat postingan
di blog Fastabiqul Khoirots ini. dari sudut pandangku, terciptalah sebuah
artikel yang bisa kamu komentarin apapun dah, keripik pedas atau manis, aku
siap menampung di kolom komentar nanti yah.
Sebelum itu, simak aja kisahku berikut ini yah, sobats. Check
this out
Godaan Order Online di Kota Besar
Hari Sabtu kemarin saya bersama ke-3 teman blogger Jember melakukan
perjalanan ke Malang untuk mengikuti acara gathering. Setelah acara
berlangsung dan menuju ke homestay yang sudah kami pilih, mulai deh ide
untuk menggunakan aplikasi yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang. Sebut
saja, GoJek dan Grab. Jika GoJek sudah aku instal lebih awal, sedangkan Grab
baru saya instal sehari sebelum keberangkatanku ke Malang. Karena kata ‘teman’
yang udah menempuh pendidikan di Malang sana, pakai aplikasi tersebut lebih
‘miring’ gitu soal harganya. Apalagi jika pesan mobil antar jemput ke lokasi
acara.
Sesampainya di Kota Malang, saya sudah siap-siap dan buka aplikasi
Grab. Tapi sayangnya, driver menolak karena lokasi tempat aku beserta
teman-teman merupakan wilayah para angkutan umum, sehingga driver-nya
tidak mau menjemput di jalan tempat kami berada. Hingga akhirnya kami
memutuskan untuk menyebarang jalan, dan menghadang angkutan umum untuk membawa
kami ke lokasi acara di Atria Hotel & Conference Malang. Fix
aplikasi Grab saya tidak berfungsi, hahaa.
Acara berlangsung kurang lebih jam 16.45 dan berakhir hingga jam
19.00 WIB. Setelah acara selesai, aku bersama teman-teman menuju ke homestay
yang sudah dipesankan sama salahsatu temanku. Ketika selesai menaruh
barang-barang yang kami bawa, aku mengutarakan keinginanku ke teman-teman yang
lain jika ingin memesan ‘Sang Pisang” yang merupakan salahsatu kuliner milik
anak Pak Presiden Jokowi. Ketika akan membuka aplikasi Grab di Hpku, ternyata
ada teman yang menawarkan Kode Promo yang didapatkan dari apikasi GoJek di
Hpnya. Sehingga aku menggunakan handphone temanku untuk memesan makanan yang
sudah aku idamkan dari tahun lalu. Dan benar, aku senang banget ketika pesanan
yang aku order datang setelah beberapa menit.
Karena penantianku dari tahun 2018 tersebut membuat teman-teman
juga heboh mengabadikan momen saat makan bersama “Sang Pisang” varian green tea
sama avocado tersebut dalam bingkai video maupun photo. Bahkan aku juga sempat
bilang seperti ini.
Sampai divideoin sama temen-temen sangking hebohnya haaa |
Tercapai di tahun 2019 hahahaa |
“Jujur, aku udah lama banget pengen tahu gimana rasanya kuliner
sang pisang itu. Dan kalau nggak di kota aku nggak bisa gunain aplikasi GoJek
maupun Grab di Handphoneku”
Jadi, bisa dikatakan 2 aplikasi tersebut akan nganggur tatkala aku
nggak berada di kota. Aku juga nggak dapat promo maupun poin dari transaksi
yang kulakukan jika tidak menggunakan aplikasi tersebut. Makanya, udah kayak
‘aji mumpung’ aja ketika berada di kota bisa pesan semau deh. Kayak nggak inget
aja kalau sedang diet untuk ‘manajemen keuangan lebih baik’ hahahhaaaa.
Hal itu pun juga berlanjut di esok hari. Setelah jalan-jalan sehat
sembai berfoto-foto di Car Free Day Malang, jeda sebentar sesampainya di
Homestay, saya berinisiatif untuk memesan makanan untuk bekal sebelum balik ke
Jember dengan order Geprek Bensu. Lagi-lagi aku tidak berdaya karena
tergoda pemesanan online semacam ini, apalagi mumpung di kota besar nih. Kalau
di rumah pasti nggak akan bisa gunakan 2 aplikasi tersebut, hahaha.
Yaudah, setelah meminta persetujuan teman-teman yang lain jika aku
akan memesan geprek bensu, akhirnya aku pesan dan nggak lama kemudian pesananku
datang. Uwuwuhhh. Udah dihitung-hitung juga sih berapa gepreknya sama nasinya.
Eh ternyata kelebihan nasinya, sedangkan lauknya malahan kurang. Jadi, mau
nggak mau kudu makan seadaanya dan dibagi-bagi untuk 5 orang di homestay
tersebut. Tapi, sebelum ada drama makan-makan bareng,....
“Apa aku pesan laku lagi ya? aku udah liat nih, aku pesankan dah
ini ya mbak,”
Kurang lebih seperti itulah pernyataanku pada salahsatu mbak yang
aku hormati sebagai kakak kami di sana
“Wes Mah, ga perlu pesan lagi, ini aja udah cukup kok. Nanti kita
bagi-bagi aja makannya. Udah gausah dipesanin lagi,” terang Mbak Fevtri
Sehingga, aku nggak jadi beli makanan deh, seadanya yang penting
kebersamaannya’. Yah begitulah candu dari order online, bukan cuma makanan,
bahkan urusan transportasi juga lebih mudah. Seperti saat mau balik ke Jember.
Maunya pesan mobil dari HP temanku, eh ternyata kok kemahalan, jadi pakai HP
aku untuk pesan kendaraan yang membawa kami ke terminal Arjosari. Syukurlah
dapat mobil yang harganya lebih miring dan pelayanannya juga bagus deh.
saat mager bener-bener tertolong banget, hehee |
Dari situ aku jadi terbersit, oh seperti ini toh yang namanya
Godaan Delivery Order. Bahkan kebawa saat aku sampai di rumah. Baru beberapa
menit istirahat, udah ngehubungi penjual makanan di desa sebelah. Padahal nggak
ada layanan ‘delivery order’ tapi saya langsung pesan to the point.
“Mbak, bisa delivery oder nggak ya? aku pengen makanan ini loh”, ya kayak gitu
deh sobats. Hal itu menandakan kalau aku memang udah sampai ke dunia nyata
sesungguhnya, hahahaha.
Jadi seperti itulah kisahku sebagai anak desa yang kadang memang
dimudahkan berada di kota. Bisa tetap mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan
cukup klik klak klik klik via handphone, kita bisa tinggal duduk sembar menanti
pesanan datang. Walau demikian, jangan heran kalau tabulasi manajemen keuangan
menggendats secara mendadak yah, hehheee.
Aku malah kepikiran. “Oh, apa apa yang aku alami dari godaan order
online juga kerap kali dirasakan orang lain?” atau justru aku sendiri? Yang
kuingat dari salahstau utas seseorang di twtter juka lihat saldo OVO Pointsnya
banyak hingga terkumpum sampai 1 Juta
bisa jadi emang karena dia kerap kali melakukan transaksi dari aplikasi yang
sinkon dengan OVO, dan bukan cuma itu saja, namun juga transaksi dari e-commerce
tertentu. Kemungkinan begitu yah, ihihiii
Kira-kira seperti itulah candu yang udah aku alami saat ini dari
“Delivery Order” dari aplikasi tertentu juga, sobats. Kalau kamu juga ada
pengalaman lain yang hampir sama kayak aku, nggak sih? Boleh share di kolom
komentar yah.
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini, feel free
to drop your comments ya....
~Blessed
Khoirur Rohmah
n__n atria hotel deket rumah. tinggal jalan ke jalan raya.
BalasHapusapalagi klo ada promo, voucher.
bahkan sekarang ada paket hemat. mungkin bagi yang senang dengan orderorder bisa pakek paket hemat.
haha apalagi kalau ada promo ya, menggoda banget pengin bikin cobain semuanya. aku aja sampai pernah unsitall apps ojol karena ya adiktif buat DO apalagi malem2 wihiw
BalasHapusBukan cuma godaan makanan ya, tapi juga godaan jalan2. Dengan kemudahan pemesanan ojek online bikin kiumta juga tergoda pengen jalan terus
BalasHapusHihihi, kayaknya godaan order makanan melanda di kota mana pun dan dialami siapa pun deh, nggak hanya anak milenial, pekerja kantor juga. Habis simpel sih
BalasHapusAhahhaa aku kyknya tiap gak masak ya akhirnya beli makan. Skrng di deket rumahku bahkan warteg atau pedagang nasduk aja udah kerjasama dngan delivery order ini mbak. Jd pas gak masak tinggal mesen😁
BalasHapusIyaa aku pun merasakan godaan-godaan semacam itu kok, Rohmah. Ya sama aja kalo kita punya saldo di e-commerce kayak Tokopedia gitu. Pengennya belanja ini-itu yang kadang sebenernya enggak dibutuhin banget. Yah begitulah.. asyik-asyik tapi mesti kuat ngeremnya. Hahaha.
BalasHapusSaya tinggal di kota kecil dan rumah di kampung yang kalau ke mana-mana mesti naik motor, makanya udah kecanduan aja ruh delivery online, tinggal nangkring di rumah nggak usah jalan kaki jauh kalau pengen makanan
BalasHapushahaha..saya pernah ngalamin ini. Tapi lama - lama sadar. Jangan sampai diperbudak kemudahan dan diskon.huehehe..
BalasHapusaku juga jadi males buat keluar rumah sih ya, apa apa mending pesen aja. Tapi terkadang karena mudah mendapatkan jadi kepengen apa apa nya jadi lebih banyak, akhirnya boros deh hehehe
BalasHapusPerkembangan teknologi memang sangat memudahkan. Semua kebutuhan kita pun seringkali bisa terpenuhi hanya dengan memesan delivery order. Pokoknya jadi serba praktis ya ...
BalasHapusEtapi memang kita harus bijak menggunakannya sih hehehe
i feel you sayang, sejak pulang ke ciamis, ini aplikasi delivery cuti panjang. Bukan karena gak mau order, tp jarak kesini lumayan jauh dr kota, meskipun aku order pasti gda yang mau ambil orderannya .. hehehe
BalasHapusKayaknya banyak ya yang tergoda, anakku yang no dua hobby banget tuh mantau voucer, point buat delivery order makanan wkwk. Klo aku sendiri cenderung biasa aja
BalasHapusAsyik banget ya mam menggunakan layanan online ojek semua dibikin mudah banget
BalasHapusJadi sekarang makin canggih iya mba, kita tak perlu pusing-pusing cari makanan, karna bisa pesan lewat online. Makanan pun diantar smpe tujuan.
BalasHapusHuaa ini bener banget
BalasHapusMudah sih mudah
Tapi kelewat mudah sampe bral brol bral brol eeeh tau tau bokek. Bener banget emang yang kaya gini gini musti dianggarin dari awal
Huwaaaaaa aku pengen banget nyobain Sang Pisang, gmn rasanya rohmah? Enak kah?
BalasHapussaya malah belum pernah merasakan enaknya sang pisang kayak apa..
BalasHapuskalau di Solo lebih seringnya markobar sih mak,,