Bismillaahirrohmaanirrohim...
Tulisan
ini terinspirasi oleh kisah yang diangkat dari kehidupan nyata seseorang,
khususnya bagi yang nulis postingan ini. Ehehehe... khususnya tentang
pribadinya yang nggak tentu melodi jalan hidupnya yang mungkin sama seperti
teman-teman rasakan. Kadang berada di titik atas, kadang juga terperosok di
bagian bawah. Tentu masing-masing orang memiliki pilihan tersediri mengatasi
kejadian itu, mau tetap berada di posisi itu atau bangkit dan berpindah, save
the situation.
Hal itu
juga yang tengah saya alami beberapa bulan terakhir ini. Anggapan saya tentang
mereka yang sering melarang berbagai hal yang saya gemari, yang saya sukai
sering banyak ditentang. Pergi kesini, NO!!! Beli ini, NO!!! Mau ini, itu,
NO!!! Dan reaksi yang saya keluarkan tatkala mendapat serangkaian kata ‘jangan’
serta alasan yang telah mereka ungkapkan supaya saya tidak melakukan apa yang
saya harapkan bisa pupus. Nyatanya saya sering banyak mbangkang dengan
pertikaian mereka. Easy going, itu yang kerap kali saya lakukan.
Tapi,
baru-baru kali ini juga saya bisa banyak berpikir terbuka. Oh ternyata, mereka
berbuat seperti ini, karena mereka sayang padaku, mereka peduli
padaku, mereka tak ingin aku berbuat hal-hal yang tak diharapkan, seperti
itulah anganan yang selalu menghantui.
Emang
benar ya, kadang apa yang kita sukai belum tentu baik untuk kita, sedangkan
perkara yang tidak baik, bukan berarti dia juga tidak baik untuk kita, bisa
jadi perkara tersebut menjadi sesuatu yang paling berharga. Dan saya baru
menemukan itu tatkala saya berada di posisi yang telah diramal mereka. Lebih tepatnya
hal-hal yang sudah diprediksi oleh mereka jauh-jauh hari. Karena mungkin, mereka
sudah jauh lebih berpengalaman soal menata keuangan dibandingkan saya yang
masih belum pernah mengarungi pahit, manis, asam, garamnya kehidupan.
Tepatnya
waktu saya kehabisan uang setelah berlibur, sedangkan gajian masih kurang
seminggu lagi. Posisi saya juga menjadi penopang keluarga di rumah. Karena saya
sendiri sih, hanya tinggal berdua dengan ibu. Meski saya siap berpuasa hingga
gajian datang, tetap rasanya saya kurang enak sendiri kalau ditanya sama mbak
atau ibu soal uangnya ada apa nggak. Selain itu, kadang, dan kerap kali kalau
uang sudah diujung tanduk, selalu saja ada kebutuhan mendadak yang harus
dipenuhi. Contohnya, elpiji habis. Bayar listrik. Nah, itu salahsatunya. Sehingga
saya selalu mengantisipasi untuk tidak terjadi bentrok pengeluaran yang
membengkak di akhir bulan.
Jujur,
saya merasakan kesedihan sangat ketika akhir bulan keuangan cukup seret. Apalagi
kalau saya gunakan untuk hal-hal yang seharusnya tidak saya gunakan. Hanya memenuhi
hasrat nafsu semata. Duh, cek emannya gitu.
Kadang
saya berpikir, kenapa aku terlalu egois sampai rela menuruti keingin dibanding
melihat kebutuhan yang semakin hari semakin banyak. Bukankah aku juga perlu
investasi, aku perlu nabung? Itu yang saya pikirkan bahkan sampai saat ini.
Oleh karena
pengalaman jauh-jauh hari sebelumnya, selain karena adanya gali lobang tutup
lobang, saya berusaha semaksimal mungkin menuruti dan taat perintah orang
rumah. Baik itu ibu, ataupun mbak, dan kakak ipar saya. meski cara penyampaian
mereka terkesan kasar, itupun DEMI KEBAIKAN SAYA. mereka bersikap demikian,
KARENA MEREKA SAYANG. Cara mengungkapkan rasa sayang itu dengan membekali saya
ilmu untuk rajin menabung. Yah, menabung dalam bentuk apapun. Utamanya berbuah
investasi jangka panjang. Seperti ikut arisan.
Arisan
yang cukup besar saat ini sedang saya ikuti, namun, berkat optimisme yang ada
serta dukungan orang-orang dibalik layar, alhamdulillah bisa bertahan hingga
saat ini. Mengutip perkataan mereka yang mendidik saya, “Kalau kamu nggak
nabung dari sekarang? Mau kapan lagi nabung untuk masa depan kamu?” yah... itu
sedikit kata yang saya pegang sehingga rela ikut arisan berapapun diluar
tanggungan saya yang lainnya. Meski demikian, orang-orang tak luput selalu
mengingatkan untuk mengeluarkan sedikit harta yang saya miliki untuk
dikeluarkan pada jalan yang semestinya.
Untaian
rasa sayang mereka memang berbeda, namun saya, tetap bangga dan senang bisa
hadir dalam keluarga ini. Ungkapan sayang mereka boleh berbeda, namun
ilmu yang mereka berikan, akan selalu kupegang dan kukenang.
Terima
kasih all of my beloved family.
Kalau
kamu, pernahkah keluargamu bersikap demikian untuk hal ungkapan sayangnya? Share
dong...
Karangduren,
Di malam Hari ke 17 Agustus 2017,
Sembari
menemani ibu yang sedang bikin adonan rengginang
DIRGAHAYU
INDONESIAKU YANG KE 72
JAYALAH
SELALU DI DARAT, UDARA, HINGGA ANGKASA
Arisan itu kadang penting gak penting yaa mba. Penting krn bisa bantu kita u nabung tp gak penting kl ngumpul arisan u gossip aja hehehe
BalasHapusWah merasa tertampar baca ni hiks, iya ya aku jg uda tgl tua kdg2 terselip keinginan yg sebenernya ga penting2 amat dg dalih tgl 1 bentar lg jg gajihan. Tp klo dipikir2 ah buat apa ya nurutin nafsu terus, mending dieman2 krn kita ga tau kebutuhan di dpn menanti kyk apa. Bisa jd pengeluaran mlh jauh lebih boros dr bulan ini
BalasHapus