Bismillaahirrohmaanirrohim...
“But there's a
story behind everything. How a picture got on a wall. How a scar got on your
face. Sometimes the stories are simple, and sometimes they are hard and
heartbreaking. But behind all your stories is always your mother's story,
because hers is where yours begin.”
― Mitch Albom,
For One More Day1
Quote di atas
amat tepat menggambarkan dengan apa yang akan kubagikan kali ini. Rasanya kalau
membicarakan tentang ibu tentu tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai macam
karakter dan keistimewaan seorang ibu tentu berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Begitu pula dengan ibuku. Ibu yang kerap kali kupanggil dengan sebutan
‘Mae’.
Wanita yang
hampir memasuki umur 60 tahun beberapa tahun lagi ini adalah sosok terpenting
dan berpengaruh dalam hidupku. Beliau spesial, hingga aku harus lama dan
mengerti sekaligus paham dengan bahasa tubuhnya baru-baru ini. Lah, emang
sebelumnya, enggak? Ya, dulu aku sudah pernah nakal sama beliau. Bantah,
sering, tak acuh padanya, sering, kalau disuruh masih ngeles – kalau ini masih
tetep, cuman intensitasnya lebih dikurangi, gaes. Jangan ditiru
Kalau dulu aku
nakalnya ‘sangat’ plus ‘kebangetan’ pada Mae, tapi, setelah aku
lulus Aliyah, gagal masuk PTN, terus terpaksa ngelamar kerjaan, ditinggal Mas
merantau ke pulau sebelah bersama istrinya, diterima kerja, terus dapat gaji
pertama, barulah aku sedikit banyak paham dengan karakter Mae. Bukan cuma
dititik itu saja, setelah kakak perempuanku yang nomor 3 memberitahukanku
rahasia terbesar dibalik tanda tanya yang menyebabkan aku cemburu kepada Masku
yang diberikan perlakuan lebih berbeda daripadaku oleh Ibu, aku jadi sedih,
maah, kesal, dan nggak tega dengan apa yang dialami Ibu. Aku punya 3
kakak perempuan, dan 1 kakak laki-laki, aku anak terakhir.
Sepertinya aku
tak perlu menceritakan bagian terpilu itu ya, gaes. Karena ini temanya “cerita
hepi” atau pun cerita sebelum akhirnya hepi tentang Ibuku. Aku udah
pernah menuliskan bagian pilu tentang Ibu pada postingan lawas, bisa cek
sendiri dah ya, hehehehe...
Baca juga : Potret Malaikat Tanpa Sayapku
Setelah aku
merasakan indahnya pengalaman pertama bekerja yang kerap kali membosankan saat
itu, tak jarang aku membawa setan jahat ke rumah. Sampai-sampai Ibu
mendengarkanku mengeluh karena capek kerja. Kalau ingat itu, rasanya malu
banget. Kayak aku sendiri yang merasakan capeknya kerja. Padahal ‘cuma’ duduk
di depan komputer. Bahkan kalau sehabis sholat Maghrib, waktu itu ngaji kitab
rutinitas di musholla sudah selesai, karena teman seangkatan sudah mondok di
tempat yang jauh dari desa. Ibu selalu menyuruhku untuk sekedar membagikan ilmu
yang sudah kudapat di Madrasah Diniyah milik paman, yang ada tepat di depan rumah.
Awalnya juga males, lambat laun aku juga paham makna kenapa Ibu menyuruhku
melakukan hal tersebut.
Rasanya,
perasaan kesal sama Ibu tak pernah ada habis dari waktu itu bahkan sampai
sekarang. Rasa kesal itu tatkala Ibu belum memahami apa yang kumaksud,
sedangkan aku sendiri tak paham kenapa Ibu bersikap demikian. Yah, jangan kaget
karena kami hanya berdua di rumah, sejak tahun akhir tahun 2013. Bisa dipastikan
kalau dua perempuan di rumah, meski kami beda terpaut usia yang jauh, saya rasa
Ibu sudah memasuki kembali masa kanak-kanaknya.
Persoalan kecil
yang seharusnya bisa dibicarakan baik-baik, kadang berlarut menjadi panjang. Urusan
di mana aku sulit untuk keluar rumah demi jalan-jalan bareng teman, atau hanya
ikut Kelas Inspirasi di kota sendiri itu, masyaallah ijinnya. Nah, baru-baru
ini aja, aku punya tips dan trik bagaimana ngeluluhin hatinya Ibu, tanpa
membuatnya marah berlarut-larut.
Bahkan, temanku
pun banyak yang sudah paham jika aku itu sulit untuk keluar rumah. Jadi, tiap
kali ada sahabat terdekatku yang sehabis berlibur ke mana... ke tempat yang
ingin sekali kukunjungi, dan aku mengeluh ‘lagi-lagi’ nggak bisa ikut gabung
dalam liburan itu, mereka tentu paham dengan mengatakan seperti ini. “Apa Ibumu
menyetujuinya?” Glekk!!! Yah, mereka benar-benar paham maksudku, tentu mereka
mengetahui setelah melihat mata sipitku ini.
Aku hanya
mereka-reka, kenapa beliau melakukan itu? Mengapa Ibu melarangku, hingga aku
berpikir seolah-olah aku nggak boleh kemana-mana, cukup bekerja yang bener,
nggak usah jalan-jalan yang ujung-ujungnya ngabisin duit, itu pemikiran yang
kudapat dari Ibu.
Tapi ternyata,
nggak sedangkal itu maksud Ibu begitu “Sulit” kasih kebebasan buatku. Ibu
paham, tanggunganku masih banyak. Bahkan untuk Laptopku sekarang ini, masih ada
tanggungan ke Kakak perempuanku yang nomor 3. Selain itu, aku kerap kali
mendapat tausiah dari kakak iparku, untuk tidak terlalu menghabiskan uang demi
kesenangan sesaat. Emang sih, aku sendiri selalu menyangkal, kalau aku jalan-jalan
itu bisa kehitung jari. Jalan-jalannya aja terbatas di kecamatan doang.
Sebenarnya aku
pernah marah gara-gara Ibu nggak kasih ijin karena jalan-jalan. Karena pikirku,
cukup ijin Ibu yang lolos dengan kartu hijau, aku bisa bebas berlibur, tapi
sayangnya Ibu tetap kekuh dengan pendiriannya. Sempat aku berpikir dan
mengandai-andai seperti ini. “Andai, Mae bisa seperti Ibunya Si Fulan yang
cukup bebas kasih ijin kalau dia kepengen jalan kemana, gitu. Apa Mae nggak
pernah peduli dengan apa yang kuinginkan?”
Jahat banget
kan, aku. Bukannya bersyukur punya Ibu demikian. Tentu aku harus mencari celah
mengapa Ibu besikap demikian, apa alasannya beliau bersikap seperti itu?
Nah ternyata,
Ibu itu amat sangat perhatian terhadapku, karena beliau tak ingin
melihat aku dimarahi kakak iparku gara-gara hobi terpendamku “jalan-jalan”
itu. Ibu selalu memikirkan jangka panjangnya. Lah apa itu?
“Tanggunganmu itu
masih banyak, nduk. Iya aku ngerti kamu liburan ke sananya Cuma sehari, tapi
biayanya kan butuh banyak. Mending buat sehari-hari aja.”
“Pikirkan masa
depanmu. Meski kamu masih belum nikah saat ini, banyak-banyaklah nabung. Karena
kamu nggak ada yang bakal nanggung saat nikah ntar. Kamu berdiri sendiri. Bapakmu
tak mengurusi itu. Makanya, kalau tiap gajian, jangan beli pakaian, atau
sandangan terus, mending ditabung.”
Glekk!!! Itu salahsatu kata-kata yang kerapkali Ibu sampaikan, walau kadang
hanya tersirat tapi benar-benar ngefek tepat buatku. Ya, aku berdiri sendiri
demi Ibu, dan masa depanku. Karena aku sudah melihat “Pendirian” Ibu, tatkala
beliau harus membesarkan lima orang anak, tanpa seorang suami, hingga mampu
mengantarkan putranya lulus kuliah. Aku nggak, tapi alhamdulillah bisa
sampai Aliyah. Hehehee....
Kalau dipikir,
seperti irrasional. Darimana Ibu dapatkan uang untuk itu? Padahal Ibu
kerjanya pun serabutan, selagi ada yang perlu dikerjakan, ya dikerjakan. Yang penting
halal untuk pemasukan sehai-hari. Yah, Ibu banyak ikhtiarnya dan aku salut,
tapi lebih sering aku yang banyak protes terhadapnya.
Masih terekam jelas saat momen ini kebetulan lagi libur kerja |
Namun,
sifat-sifat itu sedikit pudar seiring berjalannya waktu. Ibu tetap sulit dengan
ijinnya jika aku ingin pergi kemana pun. Dan kini aku mencoba memahaminya, dan
berbicara dari hati ke hati ketika diperlukan. Seakan-akan aku tumbuh dewasa
sebelum waktunya. GlekK!!!
“Aku bingung
mau tanya ke siapa, soalnya nggak ada yang didengerin itu,” kata Ibu di sore
hari yang syahdu.
Tatkala beliau
mengatakan hal itu kepadaku karena kena marah sama Kakak perempuanku, aku
sedih, benar-benar pingin nangis seketika. Ya Allah, kenapa baru kali ini aku
dibukakan mata hatiku. Iya, Ibu nggak ada yang dengerin keluh kesahnya. Beliau hanya
memanfaatkan keluhannya di depan-Nya sehabis Isya’ dan menjelang Subuh tatkala
aku terlelap tidur. Kenapa aku tega membiarkannya memahami diriku tanpa sedikit
pun aku memahaminya.
Ettdahh... ya
begitulah sosok wanita tersayang yang amat berpengaruh buatku. Karena itulah, quote
di atas itu begitu menggambarkan
sikapku yang terbentuk karena didikan seorang Ibu. Yah, seorang Ibu yang
berarti buatku, seperti cuplikan video berikut ini gaes. Please, kalau
kisahku ini membuat air mata kalian jatuh, tapi benar-benar nggak niat kok,
hanya sebagai inspirasi, secercah pengalaman hidup yang ingin kubagikan bersama
kalian. Hehehe...
Demi membahagiakan
Ibu, aku pernah loh disindir sama beliau gara-gara hampir seminggu aku dikirimi
paketan. Sampai-sampai pak posnya udah waleh2
denganku. Sedangkan Ibu protes, “Mbok ya sekali-kali hadiahnya buat aku, ngunu
tah. Panci-panci atau apa, gitu.” Kira-kira begitulah ucapan beliau sore itu. Sontak
diriku tertawa lepas sembari membalas permintaan beliau itu. “Soalnya yang
kuikuti itu hadiahnya bukan panci, rice cooker gitu loh Mak,” sontak
tawa lepas kembali membuncah bersama hanya berdua. Hehee...
Semoga saja,
kalau kontes di Elevenia ini bisa nyantol, bukannya berharap tapi berusaha
sebaik mungkin lah ya. Aku ingin menghadiahkan sesuatu yang teramat sangat Ibu
harapkan. Salahsatu di antaranya, ada Panci set, blender, sekaligus Radio.
Elektronik dan Perlengkapan Rumah yang pas untuk Ibu |
Panci Set Oxone Eco OX-933 - Cookware Set - Alat Masak |
Aku milih
panci, karena memang itu requestnya beliau sendiri secara spontanitas
terucap di depanku, hehhee... . Sengaja kucarikan panci set yang banyak, supaya
beliau lebih mudah saat masak yang beraneka ragam. Sedangkan blender itu
salahsatu alat masak yang bisa membantu Ibu tatkala membuat bumbu-bumbu yang
intensitasnya banyak, atau jus yang biasa dibuat secara manual dengan dipotong
kecil-kecil saja. Kupilih yang produk dari Miyako, karena merupakan perusahaan
lawas namun kualitas nggan diragukan ya gaes. hehee
MIYAKO BLENDER / BL-101PL |
Selanjutnya,
ada Radio. Salahsatu barang elektronik secara tersirat yang diinginkan Ibu. Radio
bisa membuat beliau mengetahui dunia luar, bahkan berita yang sedang trending
topic di kota Jember bisa didengarnya lewat Radio.
Kok nggak dari televisi aja?
Seumur-umur di
rumah kami belum punya televisi dari orok. Pernah waktu itu dititipin televisi
saat kakak pergi ke Lampung, setelah dia balik ke Jember, ya televisinya
dibawanya kembali ke rumah. Sedangkan Radio selalu menemaninya dari pertama
kali bangun, mendengarkan tilawatil qur’an, mendengarkan berita di pagi hari,
dangdut mania, hingga sore hari, ada siraman ruhani, maupun mendengarkan
pengajian atau nasyid-nasyid lawas yang bersenandung ria di telinga. Sampai-sampai
Ibu ikut menyanyikan lirik lagu itu. Seperti lagu langitan, dan masih banyak
lagi.
Asatron Radio Kaset Tape CR-1568 USB |
Radio terakhir
yang kumiliki hasil pembelian kakak pertamaku sepulang dari Saudi Arabia, dan
rusak total, sehingga dihibahkan ke Mas Rosokan dekat rumah. Nah, bentuk radio
pertamaku itu mirip Asatron Radio ini. Tapi lebih panjang dan warnanya lebih
hitam dari punyaku. Tapi, kalau dapatin radio ini pun, aku nggak bakal nolak
kok. Itu pun demi Ibu. Hehehe...
Semoga saja,
harapanku untuk memberikan Hadiah Spesial untuk Orang Tersayang ini bisa
diijabah oleh-Nya, terutama oleh pihak Elevenia. Amin...
Kenapa aku
begitu antusias dengan Elevenia, karena memang ternyata harganya lumayan
terjangkau, gaes. Kalau kalian belum tahu, Elevenia3 itu salahsatu
situs belanja online dengan konsep open marketplace di Indonesia yang memberikan kemudahan dan
keamanan dalam berbelanja. Dalam satu tahun nih ya, Elevenia mampu menggapai 1
juta pengguna dan mengirim lebih dari 400.000 ribu produk. Wihh.... itu mah
kece badai ya, gaes. Semoga di tahun-tahun berikutnya, Elevenia bisa
mendapatkan target pendapatan yang lebih besar lagi ya, apalagi dalam
mempromosikan produk lokal dalam Negeri, iya, kan? Hehee...
Mau tahu lebih
detail dengan siapakah Elevenia, dan bagaimana tata kerja mereka? Yuk mari
intip gambar berikut ya gaes...
Siapakah Elevenia itu? |
Kalau kata
iklan-iklan di televisi saat nonton di rumah Mbak, begini.
Elevenia,
Klik,
Cari, Hepi.
Mudah kan...
hheee
Asal cek
terlebih dahulu saldo rekeningnya ya gaes, hehehee
Semoga dari apa
yang ku bagikan kali ini bisa bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi
diriku sendiri. Jika mungkin ada yang ingin berbagi dengan sosok wanita yang
berpengaruh di rumah kalian, yuk mai sharing. Tentunya, feel free lah
ya buat komentar. Hehee
~ Happy
Blogging ~
Karangduren, 5
April 2017-04-05
Khoirur Rohmah
Sumber
Referensi :
1 www.goodreads.com
2 https://www.id.wikipedia.org
3 www.elevenia.co.id
4 Infografis dari website resmi Elevenia dan edit by www.rurohma.com
wah semoga bisa memberikan ayng terbaik buat ibu ya
BalasHapusAmin ya robbal alamin...
HapusTerima Kasih Mama Tiraa
:D
Wah, kalau sampai beneran bisa kasih tiga hadiah tadi ke ibu pasti seneng banget. Sukses ya mbak :)
BalasHapusHhheee iya mbak...
HapusJAdi kangen dipeluk klo bisa wujudin itu heheee
Seorang ibu memang selalu memikirkan masa depan anaknya. Tak pernah mengenal lelah untuk kebahagian anak-anaknya.
BalasHapusSemoga ibu bahagia dg hadiah spesialnya, dan kamu jeng, keep spirit terus untuk membuatnya selalu tersenyum :)
Iya mbak, kadang kita malah sulit mengartikan jika mereka brsikap dmikian krna utk kbaikan kita,
HapusAmin Allahumma amin...
samen juga mbak Erii... hheee
Semoga hadiah buat ibu bisa terealisasi mba ^^ berbicara kasih sayang ibu memang tak ada habisnya :')
BalasHapusAmin ya robb...
HapusTerima kasih Mbak Vita
Benar sekali, mbak :D
aamiin semoga terijabah y Mba kasih buat Ibunya :)
BalasHapusgudluck lombanya mba ^^
Amin ya robbal Alamin
HapusSuwun Mama Nameeraa :*
dibalik semua larangannya, memang selalu ada niatan baik untuk kita
BalasHapusitulah orang tua :)
semoga barang impiannya bisa terwujud buat hadiah ma'e - aamiin
Iya, mas. Tapi kadang tetp ngeyel aja kalo apa yg mereka lakuin itu salah, hihihii
HapusAmin allahumma Amin
Terima kasih :D
Betuull sekali.. Sebenarnya ibu melarang anak itu karena dia sayang dan perhatian sama kita^^.. semoga kesampaian ya mba kado panci, blender, dan radio untuk ibunya..
BalasHapusHhee iya mbak.
HapusTerima kasih Mbak Dina
Amin ya robbal alaminnn :D
Betuull mba, ibu melarang itu sebenarnya wujud rasa sayang dan perhatiannya kepada kita.. semoga kesampaian ya mba kado untuk ibundanya^^
BalasHapusIya mbak...
HapusAmin ya robbal alaminnn
Terima kaish Mbak Dina :D
jadi teringat dengan ibu dikampung, semoga menang ya neng. :)
BalasHapusdan hadiahnya yang baik untuk ibu , neng. :)
Amin ya Robbal Alaminn... Terima kasih
HapusTerntu, :D
kasih sayang ibu gak ada duanya.... biarpun mereka bawel luar biasa
BalasHapuswkwkwkwkwk bener bener banget, mas :D
Hapusjadi baca ini jadi ingat emakku, yang sat ini juga sedang sakit. semoga kita bisa menjadi anak yang sholeh dan ikhlas
BalasHapusjadi baca ini jadi ingat emakku, yang sat ini juga sedang sakit. semoga kita bisa menjadi anak yang sholeh dan ikhlas
BalasHapusSemoga lekas sembuh buat emaknya, ya Mbak Milda :*
HapusAmin ya robbal alamiiinn...
Amin, semoga terijabah ya mbak hadiah buat mae.
BalasHapusSama mbak, pas almarhumah umiku hidup, aku juga susah kemana-mana mbak. nggak diizinin juga hehe :D Orang tua ngelarang pasti ada alasannya ya kan mbak.
Hehhee iya mbak, tentu
Hapusga ujug-ujug ngelarang gitu aja sih,
cuman biasanya akunya yg berontak :D
Saya juga stress kalau ibu yang melarang jalan, kalau bapak sih biar aja.
BalasHapusEh, si Rohma keren euy ada videonya, bikin terharu
wkwkwkwkk... kalau aku malah nggak banyak yg setuju kalau aku jalan2 mbak. hheee
Hapushihihi, ungkapan hati yg sebenarnya mbak hehee :D
Buat ibu apa sih yg enggak diberikan. Betul kan mbk? Moga aja ibu selalu sehat ya mbk.impiannya terwujud
BalasHapushhee iya nih mbak :D
HapusAmin allahuma Aminn..
Terima kasih Mbak, ^_^
anak baik, semoga ibu sehat selalu, dan hadiah untuk ibu tercapai ya Rohma, aamiin
BalasHapusMasih jauh dari kata baik, Mbak Ev -_-
HapusAmin ya robbal alamiiinnn
Trima kaish Mbak Evrinaa
Mbak Khoirur...keren bgts tulisannya. Aku jadi inget ibuku nih hiks...sebab blm bs ksh apa2 sm beliau. Smg terwujud ya cita2 mbak kasih hadiah buat ibunya. Slm kenal. Aku sdh follow ya :)
BalasHapusTerima kasih Mbak Nurul,
Hapusamin ya robbal alaminn...
Salam kenal juga Mbak,e
Siap follback yah mbak :D
Semoga terwujud hadiah buat ibu. Saya percaya bahwa yang dikatakan beliau, meski itu terlihat seperti larangan, namun sejatinya untuk kebaikan kita, sebagai wujud kasih sayang dan perhatian. Sayangnya termasuk saya seringkali salah paham.
BalasHapusHe.eh mbak... kitanya yg kerap kali salah paham dalam menafsirkan bntuk kasih sayang mereka, yg dianggap sbgai larangan itu.
HapusAmin Allahumma amin
Terima kasih mbake :*
Kado spesial untuk orang tercinta khususnya orang tua, selagi mereka masih ada, apa salahnya memberikan hal yang terbaik. salam kenal
BalasHapusBener banget, mas
HapusSelagi mampu dan ada rezeki, kenapa tidak.
Salam kenal juga ^_^
Ibu memang tahu yang terbaik untuk anaknya, walaupun kita kadang salah sangka maksud dari kebaikan itu, seringkali kita berfikir dia mengekang kebebasan kita.
BalasHapusgoodluck Mba Rohma, semoga niat mulia untuk membahagiakan ibunya diijabbah Allah, aamiin..
BalasHapusSemoga terkabul ya Rohmah, dan memang cerita kita dgn orang tua itu tak ada habusnya dan tak lekang oleh zaman. Di satu titik, kita bakal ngerti sih emang ya kenapa mereka berbuat seperti itu :)
BalasHapusDi satu titik, emang kita bakal merasa kenapa ortu bersikap seperti itu, dan disitulah kita juga belajar. Smg terkabul ya :)
BalasHapusSemoga terkabul memberi hadiah buat ibu tercinta. Duh jadi naksir juga sama panci2 nya :)
BalasHapusAmin... Moga terwujud ya mbaa Rohma
BalasHapusSalam kenal juga ^^
Selagi masih ada ibu, bener2 masih bahagia ya mba. Doanya ngalir teruss
semoga menang ya.... salam buat mae... semoga sehat selalu
BalasHapusJadi inget Ibu di rumah..
BalasHapus