Bismillaahirrohmaanirrohim...
Selamat pagi,
teman-teman. Bagaimana kabar nih? Nggak kerasa udah jumpa lagi dengan Hari
Jum’at yah. Padahal Minggu kemarin saya masih mencanangkan akan memposting
tulisan khusus di Hari Jum’at. Kalau kemarin membahas bagaimana saya survive
dari yang namanya kejenuhan tingkat akut, sehingga muncullah ide postingan
Mutiara Hikmah Jum’at Up From the Earth. Yang belum baca, bisa langsung klik
link di bawah ini ya gaes.
Baca juga :
Mutiara Hikmah Jum’at – Up From the Earth
Selanjutnya,
di Hari Jum’at yang berkah ini, saya ingin membagikan tulisan mengenai pendapat
saya kaitannya dengan Nabi Sulaiman, Qarun, dan salahsatu ayat Al-Qur’an yang
memiliki hubungan erat terhadap pandangan saya kepada sosok yang akhir-akhir
ini banyak disebut dan bisa menjadi trending topic. Yups, yakni siapa
lagi kalau bukan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud.
Awalnya, saya
tidak terlalu antusias sekali menanggapi jika Raja Salman akan datang ke
Indonesia, dikarenakan pihak pemerintah Indonesia memiliki hutang terhadap
Negara Cina dan adanya dugaan jika kedatangan Raja Salman ke Indonesia untuk
membantu meringankan beban tanggungan pihak pemerintah Indonesia kepada Cina selain
itu, beliau juga memberi santunan bagi anggota Densus 88 yang ikut berperang di
Saudi Arabia. Seperti itu gambaran saya.
Namun, berkat
poin-poin tulisan mengenai Raja Salman yang dibagikan oleh salahsatu anggota
grup blogger, akhirnya mengubah pandangan saya. Hingga akhirnya menarik
kesimpulan sampai-sampai mulut saya ikut membentuk huruf O. Yes, Ow....
Rabu, 1 Maret
2013, Raja Salman beserta 25 pangeran, dengan diikuti 1.500 rombongannya datang
ke Indonesia. Selama tanggal 1 hingga tanggal 3 Maret, rencananya akan
dihabiskan di Kota Jakarta, selanjutnya beliau akan melanjutkan perjalanannya
berlibur ke destinasi pulau dewata yang sudah di-booking terlebih dulu
penginapan untuk rombongan dari Arab Saudi tersebut.
Hal itu
tentunya membutuhkan dana yang dibilang tidak kecil. Lah, apalagi dibandingkan
sama kekayaan Raja Saudi Arabia, tentu tidak setara apa-apa dengan perjalanan
silaturrahim sekaligus berlibur ke Pulau Bali. Namun, yang saya sayangkan itu,
hanya terkait satu poin. Nanti akan saya tarik di bagian akhir ya gaes.
Selanjutnya,
mengenai kisah Nabi Sulaiman as. Mengapa saya mencantumkan nama Nabi yang
dikaruniai mukjizat oleh Allah dapat berbicara dengan hewan serta bangsa jin
ini. Apakah ada hubungannya dengan Raja Salman, ataukah dengan Qarun? Yah...
erat sekali kaitannya.
Tentang Nabi Sulaiman
Al-qur’an
telah merekam dua peristiwa besar terkait “Pamer/Riya’” kekayaan yang
dilakukan oleh Nabi Sulaiman dan pada masa Qarun. Ketika Riya’ pada masa Nabi
Sulaiman dilakukan saat berada di hadapan
Ratu Saba’ yakni Ratu Balqis.
Dalam Surat
An-Naml ayat 31 disebutkan lafadzh alla ta’lu alayya wa’tuuni muslimin,
yang artinya Jangan merasa kepalamu lebih besar melebihi ajakanku
kepadamu untuk masuk islam. Yang mana ayat tersebut digunakan dalam rangka
berdakwah kepada Ratu Balqis dengan menyelipkan ayat Al-Qur’an itu.
Nabi Sulaiman
dengan sikap tegas tatkala Ratu Balqis menyuapnya dengan kekayaan yang
dimilikinya pun berkata, “Apakah kamu hendak mengiming-imingi aku dengan
kekayaanmu, padahal Allah telah memberikan yang lebih baik daripada itu semua.”
Sumber : Pixabay |
Saat Ratu
Balqis melakukan kunjungan kenegaraan, hal itu pun dimanfaatkan oleh Nabi
Sulaiman untuk mempertontonkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu sekejap.
Hingga Ratu Balqis pun tak habis pikir jika singgasanannya kini telah berada di
istana Nabi Sulaiman. Bahkan, ketika Balqis masuk istana yang berlantaikan kaca
dia mengira itu adalah kolam air, sehingga dia mengangkat pakaiannya, karena
takut basah serta kebanjiran.
Bertubi-tubi
dipameri kekayaan Nabi Sulaiman, akhirnya membuat Ratu Balqis takluk dan di
hadapan Nabi Sulaiman, ia menyatakan masuk agama Islam.
Begitulah cara
Nabi Sulaiman yang berdakwah di hadapan raja-raja yang memiliki kekayaan
segalanya, dengan dipameri kekayaan dan hartanya yang lebih. Sehingga cara itu
cukup efektif bagi Nabi Sulaiman.
Selanjutnya,
kisah Riya’ atau Pamer kekayaan yang dilakukan oleh Qarun,
Tentang Qarun
Di dalam Al-Qur’an, kisah Qarun ini pernah disebutkan dalam surat
Al-Qashash ayat 76-82. Mengapa kisah Qarun amat fenomenal yang terkenal dengan
kekayaannya yang melimpah? Karena dia pernah dinasehati untuk tidak bersikap
sombong. Namun, dia beranggapan jika harta, dan kekayaan yang dimilikinya
adalah hasil kerja keras dan jerih payahnya sendiri, tanpa berfikir akan nikmat
yang telah diterimanya dari Allah SWT.
Sumber : Pixabay |
Sangking kayanya Qarun, sampai-sampai anak kunci gudang tempat dia
menyimpan harta itu terasa berat saat dipikul sekelompok pegawainya. Bayangkan,
seberapa banyak harta yang dimilikinya itu. Bahkan, melihat kekayaan itu,
membuat banyak orang berkhayal, “kapan saya bisa seperti Qarun?”
Hingga pada akhirnya, ketika diadakan parade pamer kekayaan, tiba-tiba
terjadi sebuah kejadian luar biasa yang membuat kekayaan Warun lenyap ditelan
bumi dan habis di lumat tanah. Oleh karena itulah, di zaman sekarang, kalau ada
orang yang nemu harta dari galian tanah, di sebuh harta karun.
Qur’an Surat Al-Isro’ Ayat 26-27
Dalam Surat al Isro’ ayat 26-27 telah dikisahkan tentang anjuran kepada
umat manusia untuk tidak menghambur-hamburkan harta, maupun bersikap boros.
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar terhadap Tuhannya.
Dan, kaitannya dengan Nabi Sulaiman, Qarun, terus, Raja Salman itu apa? Anggap
saja, kunjungan Raja Salman ke Indonesia ini sebagai salahsatu unjuk kekuatan
sebagaimana yang dilakukan Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis. Di lain sisi, Raja
dan rombongan juga hendak berlibur secara mewah dan mahal.
Mungkin, dari hal itulah, saya cukup terenyuh. Kita tinggalkan mengenai
persoalan adanya timbal balik antara Arab Saudi dan Indonesia, atau pun mungkin
ada persoalan lain dalam keduanya. Yang hanya saya soroti di sini hanya trekait
kehidupan yang mewah. Tapi, hal itu udah jadi hak bagi si tamu sih, saya
hanya berpendapat saja.
Di Indonesia yang mayoritas warga muslimnya masih hidup dan tinggal
dalam garis kemiskinan, tak elok rasanya jika mempertontonkan gaya hidup yang
demikian. Kalau di usut lebih mendetail lagi, kita bisa menyangkut pautkan
dengan keadaan muslimin yang juga mengalami krisis seperi di Suriah, dan
Palestina. Namun, kita tinggalkan poin tersebut.
Postingan ini terinspirasi saat berbincang-bincang dengan rekan kerja
setelah membaca poin-poin penting kaitannya kisah Nabi Sulaiman, Qarun dan Raja
Salman.
“The main topic
is kenapa, Nabi dan Rasul diturunkan di Makkah? Seperti Di Saudi Arabia? Bukan
di Negara bagian-bagian lainnya, yang biasa kita kenal dengan sebutan Negara timur
tengah, kok bukan di Negara selain itu?” seperti itulah pertanyaan yang
dilontarkan teman saya.
Dan akhirnya, jawabannya ialah…
“Alasannya, mungkin Allah memiliki alasan tertentu kenapa banyak Nabi
dan Rasul di turunkan di Negara bagian timur tengah, yang salah satunya ada seperti
Saudi Arabia, Israel, dsb. Ibaratnya tubuh yang sakit, tentu apabila ada bagian
yang diberi obat terus menerus, berarti itu salahsatu bagian yang paling parah,
paling rusak, bukan? Sama halnya dengan Negara di bagian timur tengah, jangan
diambil keseluruhan, tapi ada sebagian yang juga tidak termasuk golongan
orang-orang yang watak keras, dan hidup dalam keglamouran. Kecuali Bani Israel,
yang sudah jelas-jelas tertulis dalam Kitab Suci Al-Qur’an”
Lanjut dengan bagian tubuh yang sakit itu, “Bukan karena Nabi dan Rosul
yang diturunkan di bagian timur tengah itu adalah kaum yang beruntung karena
dari sana, lahirlah dan turunlah utusan Allah. Bukan. Bukan demikian. Ibarat tubuh
tadi, kalau ada salahsatu bagian yang dikasih obat terus (Nabi dan Rosul) itu
bukanlah bagian yang baik-baik saja, namun bagian yang amat sakit.”
Hingga akhirnya saya mengaitkan kejadian tersebut dengan ayat suci
Al-Qur’an Surat Al-Isro’ ayat 26-27. It’s okey bebas-bebas saja mau memamerkan
hidup dan gaya mewah ala Raja, Pangeran dan rombongan. Tapi setidaknya,
kemewahan itu bisa digunakan untuk hidup yang lebih sederhana.
Padahal, Nabi Muhammad saja menggunakan kekayaan yang dimilikinya
sebagai salahsatu bahan bakar untuk berdakwah, beliau pun juga hidup dalam
kesederhanaan, bukan dengan kemewahan. Eman sekali kalau saja, liburan itu
digunakan untuk ajang bermewah-mewah. Karena masih banyak kan, muslimin yang
taraf kehidupannya di bawah rata-rata. Bisa saja kan disumbangkan untuk
berderma seperti di Negara-negara muslim, Suriah, Palestina, dll.
Mungkin dari tulisan ini, kita bisa ambil kesimpulan. Semampunya kita,
usahakan untuk tidak menghambur-hamburkan harta yang dimiliki. Jangan lupa
untuk bagian orang-orang yang membutuhkan, serta jangan sombong, karena
kesuksesan dan apa yang kita peroleh itu adalah lantaran tangan Tuhan. Banyak-banyak
bersyukur. Tentunya, hal itu masih juga menjadi Pe.er terbesar buat saya juga. Semoga
bisa menjadi cermin juga supaya saya bisa terhindar atau ingat akan peringatan
QS. Al-Isro’ ayat 26-27 itu.
Semoga postingan tentang Mutiara Hikmah Jumat eps. 2 tentang Antara Kisah Nabi Sulaiman, Qarun, dan Surat Al-Isro’ ayat 26-27 ini bisa bermanfaat. Dan jangan
lupa tinggalkan komentar, serta kripik manis, maupun pedasnya ya, gaes.
Happy Jum’at Mubarak,
Wringintelu, 3 Maret 2017
Khoirur Rohmah
Posting Komentar
Salam kenal, jangan lupa tinggalkan komentar kalian ya, supaya bisa berkunjung balik. Hhee. ^_^