Bismillahirrohmaanirrohim…
Halo teman-teman… bagaimanakah
kabarnya? Semoga senantiasa dalam lindungan-Nya yah… Amin… oh iya, di
September ceria ini, kalian ada acara liburan kemana nih? Kalau kebetulan
kalian punya rencana untuk traveling di Jember, jangan lewatin untuk singgah
dan mengunjungi pegunungan Gamping yang akan saya ulas setelah ini yes… simak terus ya
teman-teman…
Menapaki Pusaka Puger di Gunung Sadeng |
Minggu, tanggal 14 Agustus 2016
kemarin. Udah lama keknya ya gaes… *nggak sih ya,
#maksa. Saya dengan teman kerja, serta anaknya pak bos dan temannya melakukan
perjalanan pertama ke sebuah tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Saya dan Amel – temannya
anaknya Pak Bos – terprovokasi sebuah pemandangan yang cantik dari Instagram.
Untungnya masih daerah Jember dan mudah buat kami jangkau. Coba aja di luar
kota, duileh… bakalan pikir-pikir dulu mau mengunjungi tempat
tersebut.
Sebelumnya pada hari Sabtu, kami
hanya sekedar bercanda dan punya angan-angan gimana kalau minggu besok ke
Gunung Kapuran Grenden. Hanya itu cuitan kami sewaktu [kebetulan] mengumpul di
tempat kerja.
*flashback*
Amel dan Ria adalah teman anaknya
pak bos yang sedang menghabiskan waktu liburan semester di Wringintelu. Mereka
ikut membantu pekerjaan apapun yang sekiranya mudah untuk dikerjakan di tempat
saya bekerja.
***
Nah, karena antusias dengan
perbincangan “Gunung Kapuran” saya pun menunjukkan foto OOTD salahsatu saudara
saya di IGnya. Habisnya mereka [Amel, Ria, Ninin, dll] kurang optimis akan
berlibur. Terlebih, Afid yang mencetuskan adanya ide berlibur ke Kapuran juga
ragu-ragu. Jadilah, saya tunjukkan aja itu foto Gunung Kapuran. Dan whoa… akhirnya Amel
sangat terbakar semangatnya untuk positif, bahwa besok, bisa nggak bisa harus
ke Kapuran Grenden. Hehehe…
Hingga keesokan harinya pun tiba.
Setelah acara anjangsana di salahsatu kolega kerja, saya, Mbak Tutut, Amel Ria,
dan Ninin udah sepakat akan berangkat ke Grenden kira-kira jam 2 siang. Karena,
kalau terlalu siang bisa-bisa kepanasan sewaktu naik gunungnya. Pasalnya kan
medan pegunungannya itu gunung kapur yang emang panas. Hehehe. Seperti dugaan,
Afid tidak jadi ikut bersama kami, karena kurang enak badan. Duileh….
Tapi nggak papa, kami tetap nekat
berangkat ke Gunung Kapuran jam 2 lebih. Karena masih nunggu Amel, Ria, dan
Ninin masih terlelap sehabis acara anjangsana. So, sedikit molor tapi
atmosfir tak terlalu panas. Teriknya cukup lembut membelai sewaktu kami
akhirnya berangkat ke Grenden.
Seperti perjalanan saya sebelumnya
ke BJBR Probolinggo, saya hanya mengandalkan informasi dimana
arah dan letak gunung Kapuran itu dari saudara saya, mbak Fitri – bisa
dikatakan teman seorganisasi juga- melalui pesan di Blackberry Messanger saja.
Baca juga : Liburan Tanpa Planning ke BJBR Probolinggo
“Arahnya itu ke sini dek. Kalau
dari Kasiyan itu terus ke timur. Nyampek pertigaan belok ke kanan arah Puger.
Dari situ teruus, sampe ada pasar Grenden. Di perempatan Pasar Grenden itu
deket sama jembatan dan ada warung bakso terkenal di sana. Terus kalau kamu masih
bingung, sebelum perempatan pasar, ada masjid Jami’. Barulah kamu belok ke
kiri. Nanti itu terus wes, sampe kamu nemuin pertigaan. Kamu ambil arah ke
kanan ya. Nah, nggak jauh dari situ, Tanya aja dah ke warga sekitar. Jalan mana
yang akan dilalui untuk menuju gunung Kapuran”- selesai
Yah… seperti itulah
penjelasan dari mbak Fitri, yang sebenarnya lebih singkat dari keterangan di
atas. Xoxoxoxo. Oke, akhirnya saya yang memimpin perjalanan ke Kapuran
tersebut. *sebenarnya sih saya masih bingung, tapi coba aja dijalanin nanti
pasti ketemu tempatnya. Eaa…..
Alhamdulillah, dengan sedikit
ragu-ragu tapi penuh optimistis, akhirnya saya menemukan perempatan pasar
Grenden dan segera melaju ke arah yang diberitahukan oleh mbak Fitri. Memang,
setelah saya belok kekiri dari perempatan, ada pertigaan lagi. Saya pun positif
belok ke sebelah kanan. Tak jauh dari situ, saya berhenti dan bertanya kepada
salahsatu warga. Di manakah lokasi Gunung Kapuran. Dari situ, dia menyarankan
saya untuk Tanya langsung ke ibu yang berjualan di jalan seberang dari tempat
saya berada.
Setelah Tanya kepada ibu penjual
rujak tersebut, saya menanyakan lewat manakah supaya bisa sampai ke Gunung
Kapuran? Ibu itu pun menjawab dengan sangat ramahnya, kalau saya sudah bisa
menemui jalannya dengan melewati sebelah rumah yang tak jauh dari rumah ibu
tersebut. Yups…
Oh iya, bagaimana sepeda motor
kami dan biaya parkir atau bea masuknya?
FYI, untuk sepeda motor, kami
hanya menitipkan saja sepedanya kepada ibuk penjual rujak tersebut. Tidak ada
biaya masuk apalagi bayar tempat parkir. Nggak tahu kalau parkir di hatimu? Eaa…. Wkwkwk
Mungkin memang pegunungan kapuran
untuk saat ini masih belum menjadi alternative untuk dijadikan tempat wisata di
Jember. Karena memang pegunungan tersebut hanya dijadikan oleh para warga
sekitar untuk menggembalakan ternak mereka, atau mencari kayu bakar. Tapi,
entah beberapa bulan, atau tahun kedepannya. Hehehe…..
Selain itu, pegunungan Kapuran
Grenden ini juga belum tersorot oleh banyak orang. Mungkin mereka hanya tahu
kalau di Grenden ada gunung Kapur yang mana di sana juga ada pabrik yang
bergerak dipenambangan kapur yang produksinya bisa berupa semen, gamping, dll.
Gunung Kapuran Grenden Puger ini
memiliki nama lain yaitu Gunung Sadeng. Menurut informasi dari berita daerah
Kabupaten Jember menyebutkan bahwasanya Penambangan di Gunung Sadeng (Kapuran)
memberikan kontribusi secara signifikan untuk pendapatan daerah Kabupaten
Jember.
"Penambangan di Gunung Sadeng menyumbang 44,85 persen dari seluruh pendapatan yang berasal dari pajak mineral bukan logam dan batuan pada tahun anggaran 2015," kata Bupati Faida.
Namun demikian, pemerintah Kabupaten masih belum maksimal
dalam menggali potensi sumberdaya yang ada di Gunung Sadeng tersebut. Padahal,
jika Gunung Kapuran tersebut dapat dimanfaatkan lebih baik lagi, warga sekitar
baik itu yang berada di Grenden atau Puger, mereka tak perlu bekerja di luar
kota. Cukup mengurus Gunung Kapuran, mereka bisa dan mampu untuk
mensejahterakan kebutuhan diri sendiri maupun keluarga mereka.
Selain itu, gunung Sadeng pun merupakan salahsatu pusaka
dari Kec. Puger yang tak hanya menghasilkan batu kapur, tapi juga batu hitam
(mangan). Menurut informasi yang saya peroleh, Mangan(Mn) tersebut memiliki deposit
sekitar 180.400 ton dengan kadar Mn 18.8%. Wihh… banyak juga kan gaes. Hehee…
Back to my trip right…
Setelah bertanya kepada warga sekitar tentang pintu masuk
untuk mendaki Gunungnya, sampai juga ke tempat yang kami inginkan. Ternyata
letak kaki gunungnya tidak jauh dari temapt saya menitipkan sepeda motor. Hehe… saya kira mah, masih jauh euy… hhee kebayang seberapa lama perjalanannya nanti.
Hehehe…
Wih… ketika kami pertama kali
mendaki, sudah disamput oleh ibu-ibu yang sedang mengurusi kayu bakar yang
sedang dijemur untuk dipotong-potong. Nantinya supaya lebih mudah untuk
dijadikan alat bakar.
Dari ketinggian yang tidak terlalu seberapa, sih. Masih di
sekitar kaki gunung. Saya dan teman-teman sudah disuguhi pemandangan alam yang
tsantikk. Padahal itu mah masih secuilnya. Apalagi kalau kami mendaki lagi. Yes… akhirnya, kami langsung jalan terus sembari narsis
ria… asiik.. hehee
Amel |
Dan perkiraan kami benar. Semakin ke atas, pemandangan di
sekitar wilayah Kasiyan, Grenden, dan Puger akan tampak lebih indah. Di tengah
perjalanan, kami bertemu dengan segerombolan kambing dan bapak peternaknya,
serta bapak pencari kayu bakar.
Bapak Pencari Kayu Bakar |
Saatnya pulaang... hee |
Kami banyak berhenti, baik itu karena menemukan spot yang
indah buat berfoto, atau untuk beristirahat sebentar. Meski demikian, antusias
untuk bisa mendaki semakin ke atas semakin tinggi. Apalagi, tak jauh dari
gunung Sadeng, sudah terlihat sekali parbrik yang penambangan gamping. Wah… gunung gamping itulah yang saya incar. Eits… yah, karena memang instagramable banget. Tempatnya
mirip wisata yang ada di Madura nih gaes. Kalian bisa lihat foto ini yah…
Dari Kejauhan... Kita juga bisa melihat pantai Puger itu :D |
Yang menjadi daya tarik saya, mbak Tutut, dan Amel , bisa
sampai ke penambangan gamping. Tapi sayangnya, Ninin sudah mengeluh karena
capek dan perutnya sakit. Beh… padahal pemandangannya indah loh gaes. Sayangnya juga, kapasitas
memori hape saya juga sedikit. Hihihi…. Lupa belum mem-backup di kompi. Selain itu
kameranya pun juga nggak terlalu bagus. Tapi Alhamdulillah saya masih bisa
mengabadikan pemandangan alam di pusaka milik Puger itu. Hehehe…
Ini Kami :D |
Kami pun tak jadi mendaki untuk sampai ke atas. Karena
rerumputannya semakin tinggi. Dan situasinya seperti mencekam. Asiiehh… hehee… selain itu, kami pun juga hanya segelintir
cewek-cewek yang narsis dan ingin refreshing sejenak di pegunungan yang belum
banyak dilirik pengunjung. Hehehe…
Lihat saja ini, dari jembatan yang sudah reot saja, saya
dan teman-teman merasa merinding. Meski tak jauh dari tempat tersebut ada
seorang ibu yang menggembalakan sapinya. Hehehe… tapi yaitu, karena factor takut, waktu juga
semakin petang, serta Ninin sudah cemberut, akhirnya kami memutuskan untuk
turun.
Cakep kan buat foto? heheee |
Tapi Nyeramin euyy.. :D |
Sewaktu perjalanan turun gunung, kami juga bertemu seorang
bapak yang mengendarai sepeda motor gunungnya. Wih… asli keren… hehehe… tapi sayangnya [lagi-lagi] saya tidak
mengabadikannya. Wih…
Alhamdulillah… sampai juga
ke kaki gunung Sadeng. Lega banget bisa sampai daratan lagi. Hohohoho. Tapi
sayang banget, di atas gunung kami lupa nggak ada yang bawa makanan atau
minuman. Jadinya, pada kaliren dan garing wes. Hanya jepret foto sana
sini, sambil liatain pemandangan alam yang cantik. Puas banget jalan-jalannya.
Tapi sayangnya, saya perlu untuk mengunjungi gunung Sadeng lagi. Karena saya
belum sampai ke penambangan gamping. Setidaknya, dari perjalanan tersebut, saya
bisa menyusun rencana, bagaimana bisa sampai ke gunung gamping. Hehehe….
Berikut akan saya share rute perjalanan untuk sampai
ke Gunung Sadeng.
Kalau dari arah Jember Kota – Terus Ke selatan melewati
Tutul – Jambearum – Kasiyan – Perempatan Kasiyan – Grenden – Perempatan
Grenden, ada pasar Grenden – Belok ke kiri – ada pertigaan Belok Kanan –
Langsung Tanya ke warga sekitar.
Sedangkan dari arah Kencong, bisa langsung melaju ke arah
timur, melewati Mlokorejo – Kasiyan – Sampai bertemu Perempatan Kasiyan.
Seterusnya rutenya seperti di atas. Hehehe….
See You gaes |
Finally, semoga lain waktu bisa berkunjung lagi ke mari.
Dan semoga Gunung Sadeng pun bisa menjadi tempat wisata yang banyak menyedot
perhatian warga masyarakat sekitar maupun lainnya. Selain itu, semoga
pegunungan yang menjadi salahsatu kontribusi yang signifikan untuk PAD Jember
ini, juga bisa dimanfaatkan sangat baik oleh warga sekitar maupun sumber daya
manusianya.
Kalau kamu sedang berlibur ke Jember, sempatkan waktu
berkunjung ke gunung Sadeng ini yah gaes…
Semoga rangkaian postingan perjalanan Menapaki Pusaka Puger di Gunung Sadeng ini bermanfaat ya
gaes,,, see you on the next trip….
Khoirur
Rohmah,
Wringintelu,
3 September 2016
Sumber Informasi:
http://lintasjember.mywapblog.com/gunung-sadeng-sumbang-4485-persen-pajak.xhtml
http://blogger-terselubung.blogspot.co.id/2012/04/lima-pusaka-puger-alas-krebet-gunung.html
Pemandangan dari ketinggian memang indah banget ya. Seru banget nih jalan-jalannya.
BalasHapusDuh iya mbak, bagus sieh bagus. Cuman jauh ew dari Kota Jogja,,, berpikir ulang buat mengunjunginya, hehehe pizzzzz a....
BalasHapusTuh kambingnya unyu-unyu Mbak Rohmah, terbayang kemarin habis makan dagingnya, hehehe,,,
senangnya bisa jalan-jalan bersama kawan-kawan yah Mba Rohma, walau berpanas-panasan tapi tetap happy :)
BalasHapusajak aku ke sanaaaa, aku belum ke gunung lagi nih Roham hiksss
BalasHapusseru ya mbak jalan rame" bareng kawan" mantap dah....
BalasHapuswah asik y mbk bisa berlibir bersama para sahabat :')
BalasHapus