Bismillahirrohmaanirohim…
Halo
teman-teman… bagaimanakah kabarnya? Semoga senantiasa sehat selalu ya… Amiin…
oh iya, untuk kamu yang berada di wilayah Jember, atau berencana berlibur ke
Jember, saya memiliki destinasi wisata pantai yang sayang untuk tidak
dikunjungi.
Sebelum
berakhirnya liburan hari raya kemarin, tepatnya pada hari Minggu, tanggal 17
Juli 2016 saya dan sahabat semasa di MTS Wahid Hasyim Balung, melakukan refreshing
sejenak sebelum menghadapi awal pekan tiba. Rencananya, setelah melakukan
silaturrahmi ke tempat teman-teman MTs dan sebagian guru-guru di hari Kamis,
kami akan langsung melakukan perjalanan ke Pantai Pancer. Begitu sudah on
the way Puger, di tengah jalan, mendung, petir disertai tanda-tanda
turunnya hujan pun datang. Akhirnya, kami putar balik arah dan pulang.
Sewaktu silaturrahmi di rumah Yusia |
Ini Yusia |
Sehabis Silaturrahmi, kehujanan, enaknya makan yang anget-anget, bakso |
Setelah tiba
di hari Minggu yang cukup terik, saya sudah mengkonfirmasi ke sahabat saya
untuk siap-siap berangkat ba’da dhuhur. Kebetulan di pagi hari, saya masih ada
acara halal bi halal bersama kolega kerja. Jadi, saya janjian untuk berangkat
siang harinya.
Masih dilanda
kecemasan, karena dikhawatirkan akan mendung atau pun hujan, saya segera
menjemput sahabat saya yang ada di daerah Gumelar dan Jambearum. Tapi
sayangnya, sahabat saya yang bernama Yusia, tidak dapat mengikuti perjalanan
refreshing kali itu. Dia sudah terlebih dahulu berangkat ke Jember, ke
kosannya. Duh… padahal pagi harinya sudah dikontak, dan dia mengatakan iya.
Nggak taunya, dia nggak bisa… tapi nggak papalah. Sahabat saya yang bernama
Dita, tetap bersikukuh untuk tetap berangkat ke Puger. Karena dia penasaran
banget dengan pantainya.
Ya sudah, mau
tak mau, kami lanjutkan perjalanan refreshingnya dengan mengajak saudara
perempuan dari Yusia. Kami berempat langsung berangkat ke Puger dengan lumayan
cepat sih menurut saya. Heehee…
FYI, pantai
Pancer itu adalah sebuah nama pantai yang berada di Kabupaten Jember, tepatnya
di Kec. Puger. Untuk bisa menikmati pemandangan indah dari pantainya, kami
melewati rute dari Gumelar [rumah sohib saya] – Balung – Tutul – Jambearum
[rumah Yusia] – Kasiyan – Puger. Nah… daerah Puger itu jika melewati lintasan
jalan Balung, cukup mengikuti arah jalan lurusnya saja. Karena memang tidak
banyak belokan, kecuali ketika sampai di daerah Pugernya, baru ada perempatan.
Untuk lebih jelasnya, kalian bisa menggunakan bantuan aplikasi Google Map, atau
menanyakan langsung kepada warga sekitar terkait pantai Pancer.
Kurang lebih
jam 3 sore, kami mendarat dan sampai di pintu masuk pantai Pancer Puger.
Seperti inilah kondisi dan suasana di sore hari yang lumayan terik.
Sebelum sampai di pintu masuk, kami melewati perkampungan nelayan |
Ini adalah daerah di samping tempat parkir kendaraan sebelum memasuki Pantai Pancer |
Antusias para pengunjung melihat nelayan yang mana kapalnya sedang ada trouble |
Untuk biaya
masuknya cukup murah. Hanya Rp. 5.000. sedangkan untuk biaya parkir sepeda
motor, ada yang gratis da nada juga yang bayar. Kalau yang free itu, petugasnya
memang dari pihar seperti TIM SAR itu, tapi hanya berbatas waktu mereka menjaga
parkirannya. Sedangkan untuk petugas parkir lainnya, ada yang stand by tiap
waktu, dengan cukup membayar sebesar Rp. 3.000,- kita aman untuk menikmati
pemandangan alam di pantai Pancer Puger.
Setelah urusan
administrasi, barulah kami mulai berjalan kaki dan menyaksikan pemandangan di
sudut pantai Pancer Puger.
Begitu kami
sampai di pemecah ombak pantai Pancer, Dita sudah antusias banget untuk segera
mengabadikan momen di sana. Karena dia salahsatu orang yang penasaran dengan
pantai Pancer. Hehe… kalian bisa lihat nih, beberapa kenarsisan Dita, dan juga
kami selama di pemecah ombak di Pantai Pancer.
Baca juga : adacerita antara aku dan kamera ponsel
Sekedar
informasi tambahan, Pantai Pancer ini bisa menjadi arena untuk tempat memancing
yang asyik loh gaes. Kebetulan kemarin hari minggu, banyak pengunjung yang
berdatangan. Selain menyaksikan keadaan pantai dan ombaknya yang besar,
pengunjung juga ada yang menikmatinya sembari memancing ikan. Cukup heran juga
melihat mereka yang hobi memancing, amat telaten dan sabar menunggu umpan untuk
ikannya bisa segera dibawa pulang. Salut skali, hehee…
Selama di
pemecah ombak tersebut, kami sangat bersyukur sekali dilimpahkan alam yang
begitu indah nan cantik. Angin sepoi-sepoi membuat saya hampir terhuyung kesana
kemari. Maklum, BB kurang dari yang seharusnya. Eh…
Tapi
sayangnya, ketika kami tengah asyik mengambil jepretan, ada seorang bapak-bapak
asing yang menyapa salahsatu di antara kami. Menanyakan nama, dari mana kami
datang, dan seperti itulah. Hal itu membuat kami tidak enak dan bebas dalam
berekspresi untuk berfoto. Selanjutnya kami sedikit menggeser letak duduk kami
di tempat yang sedikit jauh dari bapak asing tersebut.
Betapa
terkejutnya kami selang beberapa menit kemudian, seorang pemuda yang ternyata
masih dari komplotannya bapak tadi menyusul di tempat kami berada. Dia tetap
memaksa tanya nama dari salahsatu kami. Alamatnya di mana? Kalau daerah Balung,
daerah mana? Bla bla bla….
Duh… kalau
ingat itu, rasanya saya nggak enak sama skali. Nggak pewe mau jeprat jepret
sana sini. Gemes banget pengen segera beranjak dari tempat itu. Yang membuat
saya cukup gemas lagi, sama Dita, pemuda tersebut tetap dilayani pertanyannya.
Padahal hal itu bisa membuatnya terus menerus bertanya tanpa habis.
Dan akhirnya
saya pun mengajak teman-teman segera beranjak dan pergi dari pemecah ombak.
Dengan gesitnya melewati bebatuan tersebut, kami pun bisa sampai ke pasir
pantai. Duh leganya… akhirnya bisa terhindar dari gangguan orang-orang asing
itu.
Begitu kami
sudah sampai di bawah pemecah ombak, ternyata Mamik bertemu dengan teman-teman
kuliahnya. Sehingga saya, Dita, dan Evi memutuskan untuk jalan-jalan dan
photo-photo di pantainya. Sedangkan Mamik menemani teman-temannya, dengan
syarat tidak melalui tempat yang pernah kami tempati sebelumnya. Masih riweuhh
kalau diganggu dan ditanya-tanya macam-macam.
Tak terasa,
waktu menunjukkan pukul empat sore. Saya menemukan spot senja paling menarik di
pantai selama saya jalan-jalan. Dan baru kali ini saya bisa menyapa senja melalui
pantai Pancer Puger. Subhanallah wal hamdulillah…
Saat-saat
menemukan senja yang amat cantik, saya pun mengabadikan momen tersebut. Dan
Dita mau juga saja jadikan model potograpi amatir ala saya. Jujur, saya sendiri
kurang antusias untuk di photo. Karena, kurang bisa action. Hohoho… kalau
kebetulan bagus itu ya syukur-syukur. Karena perlu jepretan lebih dari sekali.
Dita... |
Siluetnya bagus yak.. hhee |
Coba peruntungan bikin poto siluet, tapi si model syulit banget dapet spot yang bagus :P |
Alhamdulillah…
setelah lama menunggu, akhirnya Mamik mendatangi kami dan saat itu juga kami
berempat langsung photo wefie. Tapi sayangnya, emang kameranya kurang cakep
sih. Di antara kami berempat, kamera depan handphonenya kurang bagus hhe..
kalau punya saya VGA, sedangkan Dita kameranya sedikit gelap tapi sulit untuk
menemukan titik fokusnya. Jadi, hanya sebagian saja yang kelihatan sisanya
sedikit ngeblur. Meski demikian, kami tetap enjoy kok refreshing-nya.
Hehee… Kali aja pas kunjungan ke Pancer selanjutnya, bisa punya kamera yang
kece badai. Hohoho… *aminin dong gaes… maksa
Kok dirasa-rasa,
udah terlalu sore, selanjutnya kami juga masih punya planning untuk photo di
depan menara di pintu masuk Pantai Pancer, jadi kami pun bersiap-siap untuk
segera pulang, lagi pula, kami juga belum sholat ashar. Kalau tak segera keluar
dari pantai PAncer, bisa-bisa kesorean, nggak kekejar sholat ashar, dan sampai
rumah pun juga udah maghrib.
Kami pun
segera beranjak dari pantai Pancer, begitu melalui pintu keluar, masih ada
jalan besar yang mana di sana ada menara yang menjulang, sekaligus
instagramable buat latar belakang photo. Hehee… *yang hobi narsis, tapi nggak
bisa ngeksis :P *abaikan
Eh, begitu
motor kami berhenti di pinggiran jalan, lumayan banyak pengunjung yang juga
akan pulang sekaligus baru akan berkunjung ke Pantai Pancer. Selain itu, meski
sedikit malu-malu kucing mau narsis di depan tempat umum. Kan itu jalan raya
yang belum diaspal. Saya memberanikan photo dengan gaya yang nggak mainstream
banget lah. Hohohoho…
Selain itu,
saya yang memang dasarnya suka banget motion teman-teman juga iya-iya aja
begitu lihat spot yang bagus, jepret. Action yang sip banget, jebret!!!. Jadi,
terasa candid bangetlah, menurutku. Suka banget lihat photo dengan gaya natural
tanpa diada-ada. Hhhee… tapi, disisi
lain juga ada kok, emang niat gaya dan sekaligus minta photoin, tapi hasil
jepretannya lebih dari satu. Yah itu mah emang udah biasa. Nanti yang jelek
dihapus, yang bagus ya nggak diremove. Begtulah. Heee
Cus aja nih,
saya akan kasih tau gambar lengkapnya. Hhe….
Setelah lama
jepret-jepretan, kami berempat pun akhirnya memutuskan pulang dan berhenti di
masjid akbar di Grenden. Eh iya, ndak taunya, begitu kami keluar dari jalanan
Puger sebelum melewati jalan menuju Pancer, cowok asing yang sebelumnya Tanya-tanya
kepada kami ikut membuntuti. Duh… kepriben iki…
Sambil komat
kamit, was wis wus. Saya yang mengendarai motor bersama Evi langsung tancap gas
secepat mungkin, dan seberaninya saya, dah. Pokoknya jalan rayanya aman, dan
nggak melanggar lalu lintas aja. Hal ini kami lakukan supaya cowok asing dan
kelompoknya tak jadi mengikuti kami.
Alhamdulillah…
karena kebut-kebutan, kami bisa sampai di masjid akbar Grenden. Maaf nggak bisa
jepretin masjidnya, soalnya udah kesorean dan mikir segera sholat. Hehee…
apalagi masih dihantui dikejar-kejar lelaki asing yang tak kami kenal.
Selesai sholat
Ashar, rasanya beneran dingin banget suasananya. Serasa plong. Kan, udah
gugurin kewajiban sholatnya. Hehe… Alhamdulillah ya Allah… tanpa berlama-lama,
kami segera pulang, dan nggak peduli lagi kalau sampai ada yang mengikuti kami
selama di perjalanan nantinya. Bismillahirrohmaanirrohim…
Sambil tetap
mengendari dengan cepat, saya pun berpisah setelah mengantarkan Evi di jalan
dekat rumahnya. Sedangkan Mamik dan Dita masih di belakang menunggu Evi
menyeberang menuju jalan rumahnya. Saya pamit kepada ketiganya untuk duluan. Karena,
daerah jalanan rumah saya cukup jauh dan rawan kriminalitas, selain itu, lampu
motor saya yang depan juga sedang trouble. Kalau nggak segera cepat
pulang, duhh… nggak mau bayangin yang macem-macem lah, intinya. Baca sholawat
sambil focus nyetir motor.
Alhamdulillah,
ketika adzan berkumandang di desa Karangduren, saya sampai di rumah. Begitu sampai,
yah langsung ditanya sama Ma’e, kok sore banget pulange? Hehee… tapi kebetulan Ma’e nggak ngomel perhatian,
karena kebetulan udah sampai di musholla untuk sholat maghrib jamaah. Tapi belum
ada yang adzan dan mengimami sholatnya.
Sore itu, Alhamdulillah…
senang banget bisa refreshing. Melihat pemandangan sunset. Juga ditanya
orang asing. Pengalaman setengah hari yang berkesan. Maha suci Allah melihat
pemandangan alam yang tiada tara ini.
Kalau teman-teman
mau berkunjung ke Pantai Pancer, sediakan media penyimpanan yang banyak. Kalau perlu,
kosongkan kartu memorinya. Hhee.. biar puas mengabadikan momennya. Tak perlu
khawatir memori penuh seperti saya kemarin. Atau juga, kalian bisa colek
melalui akun social media saya, supaya bisa hangour bareng. Sekalian kopdaran.
Hehee…
Sepertinya cukup
sampai sini dulu ya gaes.tunggu cerita perjalanannku berikutnya, oke!!! Don’t
forget to leave your comments…
Terima kasih
telah berkunjung. Sampai jumpa kembali.
Baru tau bentuknya pemecah ombak kayak gtu. Btw gak sekalian naik ke mercusuar mbak? hehehe
BalasHapusSeru ya bisa main2 ke patai sama tmn2 :D
Foto siluetnya keren. Asyik sekali kalau bisa jalan2 ke pantai ya mba
BalasHapuspantai selalu indah , itu foto yg siluetnya keren
BalasHapusAllhamdulillah baik mbak. Belum pernah ke Jember nanti kapan2 lewat main ke sana
BalasHapusPemecah ombaknya cukup bagus ya...bisa dijadikan spot untuk melengkapi foto di instagram he he he
BalasHapusmantai tapi ada pemandangan Gunungnya yaa...indah banget
BalasHapuspostingan yang indah
BalasHapusSaya kemarin barusan kesini, pantainya indah banget.
BalasHapusTerus tiketnya dapat potongan juga, org 3 di hitung 2.