Oleh : Khoirur Rohmah
“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.”(HR. Tirmidzi)
Membaca
kata mutiara di atas, seperti memberi sebuah indikasi kepada setiap manusia
untuk senantiasa mengingat kematian. Kematian yang pasti akan kedatangannya, yang
ketika tiba masanya, menimbulkan banyak keresahan, hati dirundung cemas, dan
juga kesedihan. Kematian yang membuat seseorang terpisahkan dengan yang
dicintai dan dikasihinya. Kematian jugalah yang tidak akan pernah bisa
dihindari, meski seseorang telah bersembunyi di tempat yang terpencil, teraman
macam apapun itu.
Menyikapi
hal itu, adakalanya kita yang masih diberikan kesehatan juga dapat menghirup
udara yang gratis ini, dengan mempersiapkan bekal yang cukup untuk dibawa
menuju alam barzah atau alam kubur. Bekal yang tak berbentuk dan tak serupa
layaknya harta, tahta, namun berupa amal kebaikan yang menunjang manusia hidup
di dalam kubur.
Ketika
mendengar kata “kematian” saya memiliki banyak persepsi dan juga
pertanyaan-pertanyaan jika hal itu akan terjadi. Seperti, bagaimana jika
kematian datang, saya tengah melakukan sebuah kehinaan, kemaksiatan? Apakah
bekal saya sudah cukup? Apakah nantinya saya meninggal dengan cara khusnul
khotimah? Apakah saya meninggalkan tanggungan kepada orang-orang yang teraniaya
karena saya? Apakah saya sempat melafalkan dua kalimat syahadat, ketika
malaikat maut mencabut nyawa saya? Dan serentetan pertanyaan-pertanyaan
lainnya.
Kematian
yang sejatinya menjadi sahabat terdekat manusia, merupakan sebuah notice
kepada setiap insan untuk selalu berbuat kebaikan dengan melakukan apa yang
dikehendaki-Nya, serta menghindari apa yang dilarang-Nya.
Allah SWT berfirman:
“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Masih
dalam kitab suci-Nya, Allah berfirman:
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al A’raf :34)
Oleh
sebab itulah, kematian milik kita semua. Kematian tak mengenal usia, seperti
itulah kenyataannya. Siap tidak siap, jika Allah sudah menetapkan saya
meninggal sesuai yang telah tercatat
dalam Lauhul Mahfudh-Nya. Mau tak mau, saya pun juga harus siap. Namun,
setidaknya, jika saya mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri sembari
mengumpulkan amal, saya akan melakukannya demi menambah bekal untuk menerangi
rumah masa depan saya nantinya.
Berikut
akan saya paparkan 8 hal yang ingin saya lakukan sebelum datangnya kematian yang pasti akan menyapa saya. Iya, 8
hari menuju kematian, yang akan mengajarkan saya untuk fastabiqul khoirots
berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Di antaranya adalah:
-
Hari Pertama
Taubatan Nasuha
Mengawali
untuk menghadapi kematian, saya akan melakukan taubatan nasuha dengan
mendekatkan diri kepada-Nya, yakni taubat sebaik-baiknya taubat di mana tidak
akan kembali menuju jalan kemungkaran. Dengan melakukan sholat fardhu tepat
waktu, mengkhatamkan al-qur’an hingga hari ketujuh, memperbanyak dzikir di hari
ke depannya, taqarrub di malam hari, serta melakukan shalat sunnah
lainnya.
-
Hari Kedua
Melunasi Semua Tanggungan
Selama
saya hidup, pastilah saya memiliki banyak tanggungan. Baik itu berupa materi
atau uang, maupun berupa ibadah kepada-Nya. Saya tak ingin ketika saya
meninggal, masih memiliki tanggungan sholat atau ibadah lainnya yang belum saya
kerjakan, sehingga membuat keluarga harus menanggungnya.
Selain
itu, saya juga akan membayar semua tanggungan berupa materi atau utang kepada
orang-orang yang pernah meminjamkannya kepada saya dengan melunasinya. Sehingga
keluarga saya juga tak akan khawatir jika nantinya ada seseorang yang menagih
utang kepada saya dan tak merepotkan mereka.
-
Hari Ketiga
Berbagi
Kepada Sesama
Di hari kedua, saya akan
menghabiskan waktu bersama anak-anak di panti asuhan serta orang-orang yang
berada di panti jompo. Dengan berbagi canda tawa bersama mereka, memberi
motivasi serta semangat untuk mereka, saya yakin mampu memberikan energi
positif bagi saya dalam menghadapi kematian.
-
Hari Keempat
Bersilaturrahmi Kepada Sanak Famili
Adakalanya, dengan bersilaturrahmi
bisa menambah umur seseorang. Namun, dengan silaturrahmi kepada sanak keluarga,
juga dapat mempererat tali silaturrahmi, memperlancar rizki tuan rumah, serta
menjadi perantara ucapan maaf jika ada salah yang belum terucap. Selain sanak
famili, saya juga akan bersilaturrahmi kepada tetangga-tetangga, maupun saudara
seiman, untuk meminta maaf kepada mereka.
-
Hari Kelima
Menjamu Tetangga Sekitar
Di
hari keempat, saya juga ingin mengundang kerabat, para tetangga, maupun fakir
miskin untuk melakukan tasyakuran bersama di rumah saya. Meski sederhana, yang
pastinya saya tetap bisa berbagi rizki kepada mereka semua.
-
Hari Keenam
Menghabiskan waktu bersama keluarga
Di
hari kelima, saya ingin bersama keluaga saya. kalau perlu, mereka meninggalkan
aktifitas untuk bisa berkumpul bersama. Bercerita bersama, makan bersama, dan
sepertinya, mengabadikan momen tersebut dalam bingkai photo menjadi ide yang
baik untuk salam perpisahan untuk mereka dari saya, tanpa pemberitahuan
sebelumnya.
-
Hari Ketujuh
Me Time
H-1
menjelang kematian, saya ingin menghabiskan waktu berdiam diri, sembari
mengkhatamkan doa khotmil qur’an, menulis beberapa surat untuk
orang terkasih yang mungkin saja tidak bertemu dengan saya ketika meninggal
nantinya, atau sahabat, serta teman yang pernah saya sakiti.
-
Hari Kedelapan
Menanti Datangnya
Malaikat Izroil bertamu
Di
hari kedelapan, di mana saya harus melepas kenikmatan dunia dengan menyambut
kematian, saya ingin bisa dekat dengan orang yang paling saya kasihi. Dan
semoga, suatu saat nanti, mereka dapat menemani saya, baik itu pasangan saya,
maupun ibunda dan kakak lelaki yang saya cintai, serta meminta maaf atas
kesalahan saya kepada mereka.
Saya
ingin mereka tetap berada di samping saya hingga malaikat Izroil datang. Dan
saya berharap, ketika nyawa saya tercabut, mereka tak menangisi jasad saya
namun menuntun saya dengan baik dalam melafalkan dua kalimat syahadat.
Adakalanya, ketika saya lahir, mereka tertawa, sedang ketika saya kembali
kepada pemilik sesungguhnya, mereka menangis. Innalillahi Wa Inna Ilaihi
Roji’un.(Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada Allah jugalah
kami kembali)
‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)
-----------------
Dengan
mengikuti giveaway dari mbak Desi Namora ini, menjadikan sebuah tombak
bagi saya untuk lebih banyak memperbaiki diri saya yang teramat hina ini untuk
bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Syukron katsiro untuk
Giveawaynya, mbak.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam dnamora Giveaway”
Ya memang setiap manusia harus selalu mengingat kematian karena itu bisa datang kapan saja ya mbak Rohma :)
BalasHapusSemoga sukses GA nya ya mbak :)
he.eh mbak.e
Hapuskematian sesuatu hal yang pastii ^_^
Terima kasih mbak Anjar,,, :)
aku jadi keinget juga setelah baca ini, jadi mengingatkan bahwasanya kematian bisa datang kapan saja gak kenal usia.
BalasHapusdalem banget postinganya.
jadi inget akan semua dosa-dosaku, tanggunganku yang kadang sholat aja masih bolong, belum bisa menjaga seutuhnya.
sukses buat GA nya, kereen.
Alhamdulillah...
Hapussaya sendiri pun juga begitu, mas
semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin
Terima kasih banyka, mas :)
masya allah.. semoga kita bisa menjadi mahluk yang bisa bertaubat sebelum meninggal. aamiin
BalasHapusAmin Allahhumma Amin... :)
HapusJika rata-rata umur umat Nabi Muhammad adalah 60 tahun, maka perjalanan saya sudah lebih dari separuhnya ...sering-sering mengingat kematian membantu kita lebih mawas diri dan menahan angkara (semoga...)
BalasHapusiya mbak. dengan mengingat kematian, kita bisa menjadi lebih baik lagi, Insyaallah, aminn... ^_^
HapusNote to my self mbak :) Sebagai reminder.
BalasHapusSukses GA nya ya mbak ^^
me too, mbak
HapusTerima kasih banyak, mbak.e :)
Semoga kita semua bisa mencapai khusnul khotimah ya Mba.. Aamiin..
BalasHapusAmin Allahumma Amiin...
Hapushhee iya mbak ^_^
Semoga kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan dipertemukan dengan keluarga kita, serta orang-orang yang kita cintai di surga nanti.
BalasHapusAamiin.
Amin allahumma Amin... ^_^
HapusSemoga kita semua dapat kembali pada sang pencipta dalam sebaik - baiknya keadaan :)
BalasHapusAmin Allahumma Amin... ^_^
HapusKematian memang sesuatu yang pasti, tapi seringnya kita justru sering disibukkan dengan hal-hal yang tak pasti :) Semoga kelak kita dimatikan dalam keadaan khusnul khotimah ya mbak, aamiin.
BalasHapushe.eh mbak.e hingga tak jarang kita lupa dengan kematian itu sendiri.
HapusAmin Allahumma Amin... ^_^
Andai kita bisa tahu dengan pasti hari itu datang, semua langkahnya mba rohma pasti banyak yang ngikutin mba,pengingat kematian yang apik.
BalasHapusinsyaallah mbak. tapi sayangnya kita semua tak tahu kapan mati itu akan datang. yg pasti berusaha lakukan yg terbaik
HapusAmin allahumma aminn ^_^